9/06/2009

HATI DALAM SHOLAT

"Dan mohonlah pertolongan (kepada Alloh) dengan sabar dan sholat. Dan sholat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk"
(QS. Al Baqarah : 45)


Sholat adalah merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat maka sudah barang tentu merupakan dasar yang sangat penting dalam menjalankan syariat Islam sebegitu pentingnya ibadah sholat kholifah Umar bin khathab ra. menulis maklumat diseluruh pelosok, "Sesungguhnya perkara kalian yang terpenting bagiku adalah sholat. Barangsiapa menjaganya berarti ia telah menjaga agamanya dan barangsiapa meremehkannya maka untuk urusan selainnya pasti dia lebih meremehkan lagi.Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan sholat.Setiap orang yang meremehkan sholat dan mengecilkan nilainya berarti telah meremehkan Islam dan mengecilkan nilai Islam. Seseorang dalam Islam tergantung bagiannya dalam melaksa nakan sholat".

Seseorang apabila sedang berdiri mengerjakan sholat,maka setan berusaha memperdayainya karena orang tersebut berarti sedang berdiri ditempat yang paling mulia. Tempat yang paling dekat dengan Alloh, dan paling dibenci setan serta paling berat atasnya.Maka setan berusaha sekuat tenaga dan bersungguh-sungguh agar seseorang tidak berdiri ditempat sholat.Apabila setan tidak mampu menundukkannya dan orang yang sedang sholat menentang-nya dan ia tetap berdiri tegar ditempat sholat, maka datang-lah musuh Alloh itu menimbulkan pikiran-pikiran dalam dirinya, menghalangi antara diri dan hatinya, maka setanpun mengingatkan sesuatu yang tidak teringat olehnya sebelum ia mengerjakan sholat. Terkadang orang ketika memulai sholat lupa sesuatu hajat atau urusan

penting dan telah berputus asa darinya, lalu setan mengi- ngatkannya di dalam sholat agar hatinya sibuk. Setan merampas dirinya dari Alloh, maka ia pun berdiri sholat tanpa membawa hatinya. Ia tidak memperoleh perhatian Alloh, seperti yang di dapatkan oleh orang yang menghadap kepada Alloh dan menghadirkan hatinya kepada-Nya dalam sholatnya. Ia keluar dari sholat seperti saat ia masuk kedalamnya dengan membawa kesalahan, dosa dan beban-beban yang ditanggungnya.

Setelah setan mampu menundukkan orang yang sholat dengan memisahkan antara hati dan dirinya.Maka selanjutnya setan terus mengerahkan seluruh kemampuan untuk menyerangnya sehingga ia meremehkan urusan sholat.Maka orang pun meremehkan lalu meninggalkan. Demikianlah kegigihan setan dalam menggoda orang agar tidak melakukan sholat.Didalam seseorang melakukan sholat,ulama ada yang membagi beberapa tingkatan diantaranya :

  1. Manusia yang medzalimi dirinya dan melampaui batas. Yaitu orang yang tidak menyempurnakan wudlunya,kurang menjaga waktu sholat,kurang memperhatikan batasan-batasan dan rukun-rukun- nya.
  2. Manusia yang menjaga waktu sholatnya, batasan dan rukun-rukunnya serta menyempurnakan wudlunya, akan tetapi ia tidak sungguh-sungguh dalam menjaga atau melawan was-was dalam sholat, dalam sholat pikiran dan hatinya melayang kesana kemari.
  3. Manusia yang menyempurnakan wudlu, menjaga waktu sholatnya, dan rukun-rukunnya, serta bersungguh-sungguh dalam melawan was-was hatinya dan pikirannya dari gangguan setan agar tidak merampas sholatnya.Orang ini berada dalam sholat dan jihad.
  4. Manusia yang mengerjakan sholat dengan menyem-purnakan hak-hak sholat, rukun dan batasannya, melarutkan hatinya dengan menjaga batasan dan hak-haknya agar tidak tersia-siakan sedikit-pun darinya. Bahkan seluruh keinginan-nya ditujukan untuk menegakkan sholat, menyem-purnakan dan melengkapinya.Hatinya larut dalam sholat, mengham-bakan diri kepada penciptanya.
  5. Manusia yang sholat dengan menghadapkan seluruh jiwa raganya. Selain itu menempatkan hatinya dihadapan Tuhannya. Ia seolah-olah melihat dan menyaksikan Alloh dengan, perasaan cinta dan pengagungan memenuhi hatinya. Sedikit pun tiada rasa was-was dan pikiran tiada melayang, ia larut dalam sholatnya.

Sehubungan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diakherat pun balasannya akan berbeda-beda pula, tingkatan pertama akan mendapat siksa dengan sholatnya, tingkatan kedua orang yang akan dihisab sholatnya, tingkatan ketiga orang yang akan dihapus kesalahannya dengan sholatnya, tingkatan keempat orang yang diberi pahala dengan sholatnya dan tingkatan kelima orang yang didekatkan kepada Tuhannya dan inilah puncak kebahagiaan.

Perumpamaan orang yang sholat tetapi hatinya atau pandangannya berpaling adalah seperti seseorang yang dipanggil menghadap raja, ia datang dan berdiri dihadapannya, lalu raja memanggil dan mengajaknya bicara tetapi orang yang diajak bicara berpaling kekanan dan kekiri, hatinya berpaling dari raja, sehingga ia tidak paham apa yang dikatakan oleh raja. Bagaimanakah kira-kira tindakan raja terhadap orang tersebut ?Bukankah paling minimal ia diusir dari hadapan raja atau dimurkai dan jatuhlah kehormatannya dalam pandangan raja ?

Setelah memahami tingkatan pelaksanaan sholat dan permisalannya, ditingkat manakah kita berada ? marilah kita mengoreksi amalan-amalan yang kita lakukan apakah sudah benar dan total untuk Alloh ataukah selain-nya?

Hanya orang yang menghadirkan hatinya dalam sholat sajalah, yang sholatnya dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, seperti yang tercantum dalam Al Qur'an :

"Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar "
(QS. Al 'Ankabuut :45)

Wallohu ‘Alam bi Showab.








"Sesungguhnya perkara kalian yang terpenting bagiku adalah sholat. Barangsiapa menjaganya berarti ia telah menjaga agamanya dan barangsiapa meremehkannya maka untuk urusan selainnya pasti dia lebih meremehkan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan sholat. Setiap orang yang meremehkan sholat dan mengecilkan nilainya berarti telah meremehkan Islam dan mengecilkan nilai Islam. Seseorang dalam Islam tergantung bagiannya dalam melaksanakan sholat".

BENARKAH KITA MENGINGINKAN SYURGA ?

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa,(QS. Al Imran (3):133)

Syurga adalah tempat yang sangat indah dan luas serta susah terbayangkan oleh akal pikiran manusia karena keterbatasan akal pikirannya. Al Qur’an menggambar-kannya begitu mendetail bagaimana keadaan syurga dan perilaku penghuninya.Diantaranya adalah dalam firman Alloh Ta’ala :

Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) syurga dan (pakaian) sutera, di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.Dan naungan (pohon-pohon syurga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak, dan piala-piala yang bening laksana kaca,(yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.(Yang didatangkan dari) sebuah mata air syurga yang dinamakan salsabil.Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.Dan apabila kamu melihat di sana (syurga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.(QS.76 Al Insan:12-21)

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam syurga-syurga itu, mereka mengatakan:"Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu".Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Baqoroh(2):25)

Masuklah kamu ke dalam syurga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan".Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam syurga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya". (QS. Az Zukhruf(43):70-71)

(Apakah) perumpamaan (penghuni) syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka di dalamnya memperoleh segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahanam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya? (QS.Muhamad (47):15)
Begitulah Alloh menggambarkan tentang keindahan dan kenikmatan syurga sebagai balasan bagi orang-orang yang mu’min. Gambaran tentang syurga ini tidak akan didapat selain dalam Islam.Tentang syurga Rosululloh telah bersabda yang diriwayatkan, dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu, ia berkata, “Kami berkata, “Wahai Rasulullah,ceritakan kepada kami tentang syurga, bagai-mana bangunannya?”.Beliau menjawab,“Batu-batanya dari emas dan perak, polesannya adalah minyak kesturi yang semerbak, kerikilnya adalah mutiara dan yaquth, dan pasirnya adalah za’faran. Siapa yang masuk ke dalamnya akan merasa nikmat dan tidak bersedih hati, kekal dan tidak mati. Bajunya tidak basah dan keremajaannya tidak sirna.”(Hr.At Tirmidzi dan Ahmad)
Hadist diatas menggambarkan bagaimana keindahan bangunan syurga, dan masih banyak lagi hadist yang menjelaskan kehidupan sehari-hari dalam syurga serta masih banyak pula berbagai macam kenikmatan di dalamnya yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah terbetik dalam hati manusia. Maka sudah semestinya apabila setiap orang menginginkannya, dan sudah sewajarnya apabila seseorang berkorban untuk mendapatkan kenikmatannya, sudah seharusnya berjuang jika ingin memperolehnya, dan harus menempuh suatu jalan yang telah ditetapkan Alloh bila ingin sampai pada tujuannya.
Syurga yang penuh kenikmatan tersebut tidak diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak mau berkorban untuknya, ia tidak disediakan bagi orang yang bakhil dalam mengorbankan apa yang dimilikinya untuk mendapatkan-nya, ia tidak pula disediakan bagi orang yang berangan-angan untuk meraihnya namun tidak sudi untuk menem-puh jalannya. Maka tidaklah pantas bagi orang yang telah mengaku cinta kepada Allah dan berangan-angan untuk mendapatkan Syurga-Nya, namun ia asyik dengan kemak-siatan, selalu berfoya-foya, dan tidak memiliki perhatian terhadap urusan agamanya.
Mana mungkin seseorang akan mendapatkan kesuksesan kalau ia tidak mau berjuang, tidak mau berjerih payah, tidak mau mencucurkan keringat, menga-lirkan air mata dan tidak mau berkorban sama sekali. Apalagi yang diinginkannya adalah syurga, kenikmatan yang kekal abadi. Jalan menuju syurga adalah jalan yang penuh rintangan, jalan yang penuh tantangan, dan jalan yang sangat tidak menyenangkan bila diukur dengan kehidupan dunia. Disebut-kan dalam sebuah hadits
“……dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Syurga itu dikelilingi dengan oleh berbagai hal yang tidak menyenangkan, dan neraka itu dikelilingi oleh nafsu syahwat”.
Hadits diatas memberitahukan kita bahwasanya syurga Allah itu dikelilingi dengan berbagai hal yang umumnya tidak disukai oleh manusia. Sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan sampai akhir zaman nanti memang demikian jalan menuju surga, mereka yang dijamin masuk syurga adalah orang-orang yang dalam hidupnya penuh pengorbanan termasuk pengorbanan jiwanya. Siapa saja orangnya yang mengi-nginkan syurga, ia harus siap dan bersedia untuk menem-puh jalan yang penuh dengan onak dan duri, penuh dengan ujian dan cobaan, penuh dengan halangan dan rintangan. Orang yang menginginkan syurga harus siap menempuh perjalanan panjang yang melelahkan, ia juga harus siap mengorbankan apa saja yang ia miliki, dari hartanya, waktunya, tenaganya, bahkan ia harus siap mengorbankan nyawanya.
Orang yang menginginkan masuk syurga adalah mereka yang mau mengorbankan apa yang mereka punya. Mereka harus bersaing dengan banyak orang untuk mendapatkannya bukankah penduduk syurga dibanding penduduk neraka adalah lebih sidikit. Alloh Ta’ala telah berfirman bahwa kebanyakan manusia adalah ingkar dan tidak bersyukur.

89. Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Qur'an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari (nya).

.

243. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu" , kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.

, artinya diantara 1000 orang hanya 1 orang yang menjadi penduduk Syurga.Tidak mungkin rasanya kalau bersaing dengan 1000 orang untuk mendapatkan satu tiket kecuali harus dengan pengorbanan yang besar baik harta maupun tenaga bahkan jiwa.

Ibarat syurga itu adalah satu kota yang untuk memasukinya harus menggunakan satu tiket, sementara tiket itu bisa diperoleh di kota lain yang untuk mendapatkannya harus diperebutkan dengan 1000 orang,sedangkan mereka tahu bahwa setelah satu tiket diambil oleh salah seorang dari 1000 orang diantara mereka maka kota tersebut akan terbakar habis, tanpa terkecuali. Alangkah dahsyatnya keributan yang terjadi orang yang memperebutkan satu tiket untuk keselamatan tersebut, tentu mereka akan mengerahkan seluruh kekuatan dan kemampuan serta mengorbankan apa yang ia punya demi mendapatkan tiket keselamatan ke syurga. Demikian pula semestinya orang yang menginginkan syurga maka apabila menginginkan syurga harus tidak banyak pertimbangan dunia kecuali pertimbangan syari'ah, selagi berdasar Al Qur'an dan Hadist shahih serta menancapkan niat hanya mencari ridlo Alloh semata maka apapun kata orang, meskipun halangan dan ancaman di depan mata tetap harus berjalan.Karena disitulah manis-nya iman yang akan berbuah syurga.
Orang yang berangan-angan masuk syurga sementara dia belum pernah diuji disindir oleh Allah Ta’ala dengan firman-Nya.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagai-mana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya ,“Kapankan datangnya pertolongan Allah? ”Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” ( QS.Al Baqorah ;214)
Orang yang ingin mendapatkan syurga akan senantiasa terpampang dihadapannya seribu satu rintang-an yang tidak diingini oleh hawa nafsunya, yang mana hawa nafsu manusia cenderung kepada hal-hal yang menyenang-kan, dan berfoya-foya. Orang yang mengi-nginkan syurga harus siap mengarahkan nafsunya kepada hal-hal yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan mence-gahnya dari larangan larangan Allah, bukan mengikutinya.
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu pernah berkata: “Enam perkara, apabila ada pada diri seseorang maka dia betul-betul mencari Syurga dan menjauhi neraka, yaitu: 1). Mengenal Allah kemudian ia mentaati-Nya, 2). Mengenal setan kemudian ia memusuhinya, 3). Mengenal kebenaran kemudian ia mengikutinya, 4). Mengenal kebatilan kemudian ia menjauhinya, 5). Mengenal dunia kemudian ia mengesampingkannya, 6). Mengenal akhirat kemudian ia memburunya”.
Akhirnya kembali pada diri masing-masing, sudah benar-benarkah kita menginginkan syurga ? Kalau memang benar sudahkah enam perkara yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib Radiyallahu’anhu sudah merasuk dalam diri kita dan mengamalkannya?
Sementara mengenai penduduk syurga Rosululloh Shallallahu 'Alaihi Wasallam menceritakan yang telah diriwayatkan oleh Bukhori dari Usamah bin zaid “Aku berdiri didepan pintu syurga dan melihat bahwa sebagian besar dari orang orang yang masuk syurga adalah orang-orang miskin dan papa sedangkan yang kaya tertahan, sementara penduduk neraka diperintahkan untuk dibawa kedalam neraka.” Dan akhirnya Ada baiknya kita renungkan apa yang dikatakan Yahya bin Mu’adz, “Seandainya anak Adam itu takutnya kepada Alloh seperti halnya takutnya kepada kemiskinan maka tentulah dia akan tertuntun menuju syurga.” Wallohu’alam bi showab.








Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Syurga itu dikelilingi dengan berbagai hal yang tidak menyenangkan, dan neraka itu dikelilingi oleh nafsu syahwat”.

SETETES AIR

“Berhati-hatilah terhadap dunia yang menipu, berkhianat, dan memperdaya. Ia berhias dengan tipuan-nya, berdandan dengan muslihatnya, membuat gila dengan angan-angannya, dan membuat rindu para pela-marnya hingga ia menjadi seperti pengantin yang menjadi pusat perhatian. Semua mata tertuju kepadanya, semua hati rindu kepadanya,dan semua jiwa tertarik kepadanya. Ia menjadi pembunuh bagi suami-suaminya, tragisnya orang yang masih hidup tidak mau belajar dari orang yang telah meninggal dunia dan orang generasi terakhir tidak mengambil pelajaran dari generasi pertama. Orang yang kenal Alloh, ketika ia diberi tahu tentang dunia, ia sadar. Orang yang tidak mengenal Alloh akan terjebak rayuannya, Orang yang merindukannya bisa jadi mendapatkan apa yang diinginkannya kemudian ia terperdaya, berbuat apa yang diinginkannya kemudian ia terperdaya, berbuat sewenang-wenang dan lupa pada hari kemudian.

Sungguh dunia dengan kunci-kuncinya dan semua kekayaannya yang nilainya disisi Alloh lebih ringan dari sayap nyamuk pernah diperlihatkan kepada nabi Muhammad SAW kemudian ia menolak menerimanya. Beliau tidak mencintai sesuatu yang dibenci Alloh, atau memuliakan yang sebenarnya hina. Kemudian Alloh menjauhkan dunia dari orang-orang yang sholih dengan suka rela dan membentangkan kenikmatan dunia kepada musuh-musuh-Nya dengan tujuan menipunya. Orang yang tertipu dengan dunia dan berkuasa terhadapnya menyang-ka bahwa ia dimuliakan dengan dunia tersebut, padahal dengannya ia akan tersiksa dan dia telah lupa apa yang diperbuat Rosululloh SAW ketika beliau menahan lapar dengan mengikatkan batu di perutnya, mereka lupa bahwa para utusan Alloh telah menyingkiri dunia".

SEBAB TIDAK TERKABULNYA DO’A

Dan Rabbmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.Sesungguh-nya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”
(QS. Mu’min:60)


D’oa adalah ibadah ruhiyah yang agung. Saat di mana setiap hamba benar-benar merasakan keagungan sang Khaliq. Saat di mana seorang hamba menyerahkan diri kepada Tuhan-nya setelah merasa tiada lagi kekuatan dan daya upaya untuk menghadapinya, telah habis yang bisa diusahakannya dan telah tuntas potensinya. Di saat itulah seorang hamba bersegera menghadapkan dirinya kepada Sang Pencipta, berserah diri untuk meraih kembali ketenangan hati, kedamaian dan rasa aman serta apa saja yang tidak akan dia peroleh dari manusia. Karena saat itu ia sedang berserah diri dan mengadu kepada penciptanya, yang memiliki segalanya, yang Maha Kaya dan Maha Mulia.

Berdo’a adalah merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang yang beriman, apalagi ketika manusia tersebut tertimpa musibah kesusahan atau kesulitan hidup. Maka do’a adalah jalan keluar baginya. Do’a diibaratkan oleh ulama suatu obat bagi penyakit jiwa, yang berupa ketakutan, cemas, dan sebagainya. Do’a sesungguhnya adalah ibadah, karena di dalamnya terkandung satu sikap penyerahan diri dengan keyakinan yang sempurna kepada yang diibadahi.

Nu'man bin Basyir Radiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Shallallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda, "Doa itu adalah ibadah"

Dalam sebuah hadist dikatakan pula bahwa do’a adalah senjata:
“Sesungguhnya do’a itu adalah senjata para nabi dan sebaik-baik senjata”

Do’a adalah senjata yang selalu tepat sasaran dan anak panah yang tidak pernah meleset. Untuk itu menjadi keharusan bagi seorang yang beriman kepada Alloh meyakini bahwa do’anya adalah senjata yang paling ampuh menghadapi ujian-ujian dalam kehidupannya. Dan ketika seorang aktivis da’wah menghadapi musuh-musuh Alloh dengan kekuatan yang berlipat ganda dan persenjataan yang lebih canggih maka do’a pula yang bisa mengalahkannya.

Do’a juga merupakan “benteng” tempat berlindung setiap pribadi muslim dari tipu daya musuh, kesewenangan mereka, dan kebengisan mereka. Kepada siapa kita akan memohon jika bukan kepada Allah yang maha berkehendak?! Kepada siapa kita akan meminta jika bukan kepada Pemilik segalanya?! Kepada siapa Kita akan mencari perlindungan jika bukan kepada Allah, pengatur langit dan bumi serta pemiliknya juga semua yang ada diantara keduanya?! Yang jika mengatakan tentang sesuatu ‘Jadilah!’, maka terjadilah sesuatu itu?! Hanya saja mengapa do’a kita tidak terkabulkan ?

Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa Ibrahim bin Adam menjelaskan tentang ayat "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”(QS. Mu’min:60)

Selang beberapa hari ketika beliau sedang berjalan di pasar Basrah, kemudian orang-orang mengerumuninya dan bertanya,"Wahai Abu Ishaq (panggilan Ibrahim bin Adam), kami sudah memanjatkan do'a akan tetapi mengapa do'a-do'a kami itu tidak dikabulkan ?" Ibrahim menjawab, " Karena hati kalian telah mati dengan sepuluh perkara, yaitu :

  1. Kalian mengenal Allah Ta’ala tetapi kalian tidak menunaikan hak-Nya.
  2. Kalian mencintai Rosululloh tetapi kalian meninggalkan sunnahnya.
  3. Kalian membaca Al Qur'an, tetapi kalian tidak mengamalkan isinya.
  4. Kalian telah menikmati kenikmatan yang banyak dari Allah, tetapi kalian tidak mensyukurinya.
  5. Kalian mengatakan dan mengetahui bahwa syetan adalah musuh, akan tetapi kalian mengikuti langkahnya.
  6. Kalian mengaku dan meyakini bahwa syurga adalah benar adanya, tetapi kalian tidak beramal untuk mengantar ke sana.
  7. Kalian mengaku dan meyakini neraka adalah benar adanya, tetapi kalian tidak lari dari panas siksanya.
  8. Kalian mengaku bahwa kematian adalah benar akan datang, tetapi kalian tidak mempersiapkan bekal untuknya.
  9. Kalian sibuk mengurusi kekurangan orang lain, tetapi kalian lupa kekurangan diri sendiri.
  10. Kalian telah mengubur jenazah tetapi kalian tidak mengambil pelajaran dari peristiwa kematian, tidak kalian jadikan cermin bagimu.

Demikianlah jawaban Ibrahim bin Adam tentang sebab tidak terkabulnya do’a, apabila perkara-perkara tersebut telah melekat pada hati kita semoga dengan megetahui perkara-perkara penyebab tidak terkabulnya do’a kita dapat segera merubahnya. Sehingga hati kita tidak menja-di hati yang mati.

MENJAGA LISAN

Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.
(QS.Al Balad( 90):8-10)


Sesungguhnya dalam setiap anggota badan manu-sia adalah amanat. Amanat bagi lidah adalah tidak diper-gunakan untuk berbohong, mengumpat, ghibah dan sejenisnya. Amanat mata adalah tidak dpergunakan untuk bermaksiyat, melihat yang haram. Amanat telinga adalah tidak dipergu-nakan untuk mendengarkan hal-hal yang dilarang oleh Allah Ta’ala. Karena semua adalah amanat maka semua itu nanti akan diminta pertanggung jawaban-nya oleh Allah Ta’ala sebagai pemberi amanat. Allah telah berfirman dalam Al Qur’an :

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban).(QS.Al Qiyamah :36)

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa setiap manusia akan mempertangung jawabkan atas apa yang ia perbuat didunia ini, masing-masing akan dimintai pertanggung jawabannya sedangkan saksinya adalah dari anggota tubuh mereka sendiri. Allah ta’ala berfirman dalam Al Qur’an :

Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam naar (neraka) lalu mereka dikumpulkan (semu-anya).Sehingga apabila mereka sampai ke naar (neraka), pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka:"Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami" Kulit mereka menja-wab:"Allah yang telah menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan". Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pende-ngaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Fushshilat (41):19-22)

Demikianlah Allah ta’ala mengingatkan hamba-hamba-Nya melalui firman-Nya. Manusia akan masuk neraka dan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah ia lakukan di dunia. Salah satu penyebab masuk neraka seorang hamba adalah lisan.Lisan yang orang sering mengatakan lidah tak bertulang dengan perantara-annya seorang hamba bisa terangkat kepada derajat yang tinggi sehingga memperoleh syurga. Dan dengan sebab lidah pula manusia bisa terjerumus kedalam lembah kenistaan adzab Alloh, yaitu neraka.

Rosululloh Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda ;
“ Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan kalimat yang merupakan keridloan Alloh, tanpa ia menaruh perha-tian kepadanya, dengannya Alloh mengangkat bebe-rapa derajat kepadanya. Dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan kalimat yang merupakan kemurkaan Alloh, tanpa ia menaruh perhatian kepadanya (seolah-olah perkataan biasa), ia terjerumus ke neraka karenanya ( ucapannya itu) .” (HR.Bukhori)

Bagi manusia yang mampu menjaga lisannya Rosululloh Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :

“Barangsiapa memberikan jaminan kepadaku sesuatu yang ada diantara dua rahangnya (lisan) dan sesuatu diantara kedua kakinya (kemaluan), niscaya aku berikan jaminan syurga baginya.” (HR.Bukhori)

Imam Nawawi berkata;“Ketahuilah, sudah seha-rusnya bagi setiap muslim yang dewasa untuk menjaga lisannya, dari semua ucapan. Kecuali ucapan yang jelas manfaatnya. Dan apabila bersamaan manfaat berbicara dan diam, maka yang sunah adalah menahan diri. Karena seringkali ucapan biasa bisa menyeret kepada yang haram atau makruh. Dan ini biasanya banyak yang terjadi, sedangkan selamat dari yang haram dan makruh adalah sesuatu yang tak ternilai harganya.”

Apapun yang diucapkan manusia adalah tercatat disisi Alloh, ia bisa berbahaya baginya dan bisa pula bermanfaat baginya. Rosululloh bersabda kepada Muadz: “Tahanlah ini”-Beliau sambil memegang lisannya sendiri-Muadz merasa heran dan bertanya,”Apakah kami disiksa dengan apa yang kami ucapkan? Beliau bersabda ,”Ibumu kehilanganmu ! Tidaklah manusia terjerumus keneraka dengan muka tersungkur kecuali karena apa yang dihasilkan oleh lidah mereka.”

Begitu dahsyatnya lisan itu, sehingga karena lisan seorang hamba bisa masuk neraka dan karenanya pula seorang hamba bisa masuk syurga, maka sudah semes-tinya manusia berhati-hati terhadapnya. Untuk itu Allah Ta’ala telah memberi peringatan bagi manusia agar berhati-hati dengan ucapannya karena setiap ucapan manusia akan dicatat oleh malaikat pencatat. Allah Ta’ala berfirman :

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.(QS.Qaaf (50):18)

Sedangkan Rosululloh Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengingatkan dengan sabdanya :

“Seluruh perkataan anak Adam itu menjadi ancaman baginya kecuali mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar dan dzikir kepada Alloh”

Sabdanya yang lain :
“Barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (HR. Bukhory)

“Keimanan seorang hamba tidak akan lurus sebelum lurus hatinya, dan Hatinya tidak akan lurus sebelum lurus lisannya.”(HR.Ahmad dan Abi Dunya)

Umar Bin Khotob Radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Barangsiapa banyak bicaranya banyak kekeliruannya, Barangsiapa banyak Kekeliruannya banyak dosanya, Dan Barangsiapa banyak dosanya maka neraka adalah tempat yang pantas baginya”(HR. Ibnu Hiban,dloif)

Di riwayatkan oleh At Tirmidzi dengan sanad yang hasan. Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu bahwa-sanya Rasullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

“ Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat nanti adalah orang yang paling baik akhlak nya di antara kalian, dan orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya denganku pada hari kiamat nanti adalah orang yang banyak bicara, membuat dalam berbicara ( memfasih fasihkan dalam berbicara ) dan orang yang sombong .”

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ; Rasulalloh Shallallahu 'Alaihi Wasallam di tanya tentang perbuatan apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam syurga ? beliau berkata “ Taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik “ dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di tanya tentang amalam yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka? Beliau bersabda “ mulut dan kemaluan “ (HR. Turmudzi dengan sanad yang shahih ).
Dalam riwayat At Tirmidzi yang lain disebutkan dari Abdullah bin Busr bahwa seorang lelaki berkata :”Wahai Rosulullloh, sesungguhnya pintu-pintu kebaikan sangat banyak, aku tidak mampu melakukan semuanya. Beritahu aku sebuah amalan yang aku pegang teguh tapi jangan terlalu banyak sebab nanti aku lupa.” Dalam riwayat lain :” Sesungguhnya syariat Islam sangat banyak untuk aku lakukan. Sedang aku sudah tua. Beri aku sebuah amalan yang bisa aku pegang teguh.”Rosululloh bersabda: ”Hendaklah lisanmu senantiasa basah karena berdzikir kepada Alloh.”

Dari dalil-dalil diatas sangat gamblang bagaimana pentingnya urusan lisan, agar lisan kita terjaga dari hal-hal yang menjerumuskan, marilah kita renungkan perkataan shahabat Abu Darda` Radhiyallahu ‘anhu,beliau berkata :

“Perbanyaklah menggunakan kedua telingamu dari pada mulutmu karena dijadikannya dua telinga dan satu mulut agar kamu lebih banyak mendengar dari pada berbicara.”

Seorang ulama berkata : “Jika engkau duduk bersama orang-orang yang bodoh maka diamlah dan jika duduk dengan para ulama juga diamlah, sebab diammu ditempat orang bodoh menambah kesantunanmu dan diammu terhadap ulama menambah ilmu.”

Wallohu ‘Alam bi Showab.






“Perbanyaklah menggunakan kedua telingamu dari pada mulutmu karena dijadikannya dua telinga dan satu mulut agar kamu lebih banyak mendengar dari pada berbicara.”

KEUTAMAAN ORANG MISKIN

" Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir),.." (QS.Al-Baqoroh :268)

Kemiskinan bagi manusia umumnya adalah sesuatu yang menakutkan. Ibnu katsir dalam menafsirkan ayat diatas mengatakan" syaitan itu menakut-nakuti kalian dengan kemiskinan, sehingga kalian akan mempertahan-kan harta yang ada pada kalian dan enggan menginfaq-kannya untuk mencari keridhaan Alloh Ta'ala". Dibalik kemiskinan yang ditakutkan oleh kebanyakan manusia itu sebenarnya mempunyai beberapa kemuliaan apabila mere-ka beriman dan bersabar dengan kemiskinannya.

Dibawah ini beberapa riwayat yang menerangkan keutamaan orang miskin yang beriman:

"Ketika Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa sallam sedang berbicara dengan sahabat-sahabatnya, tiba-tiba datanglah seseorang dari orang-orang miskin kemudian ia duduk disamping seseorang dari orang-orang kaya dan sepertinya orang kaya tersebut memegang bajunya dari orang miskin. Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda," Wahai fulan, apakah engkau kawatir kekeyaanmu pindah kepada orang miskin tersebut atau kemiskinan orang tersebut pindah kepadamu ?" Orang kaya berkata, "Tidak, wahai Rosululloh, apakah kekayaan itu buruk? "Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda, "ya, sesungguhnya kekayaanmu mengajakmu ke neraka, dan sesungguhnya kemiskinan orang miskin tersebut mengajaknya ke syurga, "Orang kaya bertanya, "Apa yang menyelamatkanku daripadanya? "Rosululloh Saw bersabda, "Kamu membantu orang miskin tersebut, "Orang kaya berkata, "Kalau begitu, itu akan aku lakukan." (HR.Ahmad)

Dari Ibnu Umar Radiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Muhammad Shallallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda :

"Apakah kalian mengetahui siapa orang yang pertama kali masuk syurga ?" Para sahabat menjawab,"Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui. "Beliau bersabda, "Orang-orang miskin, kaum muhajirin yang dijaga dari hal-hal yang tidak mengenakkan.Salah seorang dari mereka meninggal dunia sedang kebutuhnnya berada didadanya dan ia tidak mampu menunaikannya." (HR.Ahmad)

Dari Abdullah bin Amr Radiyallahu ‘anhu. berkata Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda :
"Sesungguhnya orang-orang miskin kaum muhajirin mendahului orang-orang kaya pada hari kiamat dengan selisih waktu empat puluh tahun."(HR. Muslim)

Dari Amr bin Jabir Al-Hadhrami dari Jabir bin Abdullah Radiyallahu ’anhu dari Nabi Muhammad Shalla-llohu a‘laihi Wassalam beliau bersabda :
"Orang-orang fakir umatku masuk syurga sebelum orang-orang kaya dengan selisih waktu empat puluh tahun" (HR.Tirmidzi)

Dari Muhammad bin Zaid dari Abu Hazm dari Abu Hurairah Radiyallahu’anhu yang berkata bahwa saya mendengar Rosululloh Shallallohu‘alaihi Wasalam bersab-da:

"Sesungguhnya orang-orang fakir kaum Mukminin masuk syurga sebelum orang-orang kaya kaum Mukminin dengan selisih waktu setengah hari dan itu berarti lima ratus tahun" (HR. Tabrany)

Ibnu qoyim Al-Jauzi menerangkan perbedaan jangka mendahului masuk syurga tergantung kepada kon-disi masing-masing orang fakir dan orang kaya.Dan tidak berarti orang-orang fakir beriman yang lebih dulu masuk syurga daripada orang kaya beriman itu kedudu-kannya di syurga lebih tinggi daripada orang-orang kaya yang beriman.

Dari Ikrimah dari Ibnu Abbas Radiyallahu’Anhu berkata Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda :

"Dua orang beriman bertemu dipintu syurga.Yang satu adalah orang beriman yang kaya dan satunya adalah orang beriman yang fakir ketika di dunia.Orang beriman yang fakir dimasukkan kedalam syurga dan orang beriman yang kaya tertahan sampai batas waktu yang dikehendaki Alloh.Suatu saat orang beriman yang kaya dimasukkan kedalam syurga dan berjumpa kembali dengan orang beriman yang fakir. Orang beriman yang fakir berkata, "Saudaraku,kenapa engkau tertahan?Demi Alloh,kulihat engkau tertahan hingga aku was-was memikirkan kesela-matan dirimu! "Orang beriman yang kaya menjawab, 'Saudaraku,sesungguhnya sepeninggalmu aku terta-han ditahanan yang menjijikkan dan memuakkan.Aku tidak bisa menyusulmu hingga keringat mengucur deras dari tubuhku.Jika seandainya keringat ini didatangi seribu unta yang kehausan, maka keringat tersebut membasahi dadanya'." (HR.Ahmad)

Mengenai penduduk syurga Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasalam menceritakan yang telah diriwayatkan oleh Bukhori dari Usamah bin zaid “Aku berdiri didepan pintu syurga dan melihat bahwa sebagian besar dari orang orang yang masuk syurga adalah orang-orang miskin dan papa sedangkan yang kaya tertahan, sementara penduduk neraka diperintahkan untuk dibawa kedalam neraka.

Dari Abu Hurairah Radiyallahu’Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wasalam. bersabda:” Neraka dan surga saling berdebat, lalu neraka berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang suka menindas dan sombong. Surga berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang lemah dan miskin. Lalu Allah berfirman kepada neraka: Kamu adalah siksa-Ku, Aku menyiksa denganmu siapa yang Aku kehendaki. (Atau Allah berfirman: Aku menimpakan bencana denganmu kepada orang yang Aku kehendaki). Dan Allah berfirman kepada surga: Kamu adalah rahmat-Ku, Aku limpahkan rahmat berupa kamu kepada siapa yang Aku kehendaki. Dan masing-masing kamu memiliki penghuninya sampai penuh”

Maka berbahagialah bagi mereka yang tidak takut miskin dengan mengeluarkan sebagian hartanya dijalan Alloh baik dalam keadaan sempit maupun lapang. Mereka meyakini bahwa sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Alloh Ta’ala adalah orang yang paling bertaqwa bukan orang yang paling kaya. Kemuliaan sebenarnya bukanlah diukur dengan banyaknya harta tetapi berdasar ketaqwaan manusia. Semoga Alloh Ta’ala melapangkan rezki bagi mereka yang senantiasa berinfaq dijalan Alloh baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Wallohu’alam bi showab.

HARTA DITANGAN ORANG SHOLIH

"Wahai Amru sebaik-baiknya harta adalah harta yang berada ditangan orang sholeh"
(HR. Bukhory dan Imam Ahmad)


Sungguh harta bagi orang yang sholeh hanya sekedar berada ditangannya bukan didalam hatinya.Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan harta sebagai sarana untuk melindungi badan dalam rangka untuk melindungi jiwa yang merupakan tempat untuk mengenal Allah, beriman kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, mencintai-Nya, membenarkan Rosul-Nya, kitab-Nya, malaikat-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya.Harta juga sebagai sarana untuk memakmurkan dunia dan akhirat.

Harta ditangan orang sholeh adalah sendi utama ibadah dan ketaatan. Dengan harta seseorang bisa mem-bantu meringankan orang lain, membangun masjid, dengan harta pula seseorang bisa menunaikan ibadah haji dan umroh juga menopang jihad di jalan Allah, serta untuk kepentingan - kepentingan lain yang membawa dirinya kepada kedekatan pada Allah sebagai pemilik kekayaan yang sebenarnya.

Ada pun harta menurut para ulama adalah :

Sufyan Ats-Tsauri berkata," Harta pada zaman kita adalah senjata."

Abu Ishaq As-Sabi'i berkata," Mereka berkata bahwa kaya ialah mendukung agama"

Muhammad bin Al-Munkadir berkata,"Yang paling baik membantu ketaqwaan adalah harta".

Begitulah beberapa ulama berpendapat tentang harta, berdasar perkataan para ulama diatas betapa pentingnya harta dalam kehidupan didunia ini maka sudah sewajarnya jika harta itu akan lebih utama ditangan orang sholeh daripada orang yang tidak berilmu atau lainnya. Untuk mempertegas bagaimana mulianya harta ditangan orang yang sholih.Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasalam. bersabda :

"Tidak boleh iri kecuali kepada dua orang, orang yang diberi Alloh Al Qur'an kemudian ia berdiri dengannya pada pertengahan malam dan siang, dan orang yang diberi Alloh harta kemudian ia mengifaqkannya pada pertengahan malam dan siang "( HR. Bukhory dan Muslim )

Bagaimana peran dan kedudukan harta bagi manusia, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda "Tiga hal yang aku bersumpah atas mereka dan aku memberikan wasiat kepada kalian maka jagalah. Adapun ketiga hal yang aku bersumpah atasnya: Sesungguhnya kekayaan seorang hamba tidak berkurang karena sedekah, tidaklah seorang hamba didzalimi dengan suatu kedza-liman kemudian ia bersabar terhadapnya maka Allah Azza wa Jalla menambah kemuliaan dengannya, dan tidaklah seorang membuka pintu mengemis maka Allah membuka baginya pintu kemiskinan. Adapun wasiat yang aku berikan pada kalian dan jagalah wasiat tersebut, Sesungguhnya dunia ini milik empat kelompok: Pertama, seorang hamba yang dikarunia Allah harta dan ilmu kemudian dengannya ia bertaqwa kepada Alloh, dan dengan hartanya ia menyambung hubungan sanak kerabat, serta mengetahui hak Allah didalamnya, maka orang tersebut berada dalam tingkatan yang paling baik disisi Allah. Kedua, orang yang dianugerahi ilmu oleh Allah dan tidak dianugerahi harta, kemudian ia berkata" Seandainya aku mempunyai harta, maka aku akan berbuat seperti yang diperbuat oleh si Fulan (orang yang diberi harta dan ilmu)". Kemudian Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda:," Maka pahala kedua orang tersebut sama". Ketiga, orang yang dianugerahi Alloh harta tapi tidak dianugerahi ilmu; ia mempergunakan hartanya tanpa ilmu, dengannya ia tidak menyambung hubungan sanak kerabat, dan tidak menge-tahui hak Alloh didalamnya. Orang ini ditingkatan yang paling jelek disisi Alloh. Keempat, Seorang hamba yang tidak dianugerahi Alloh harta dan ilmu, dan ia berkata, "Seandainya aku mempunyai harta, pasti aku berbuat seperti perbuatan si Fulan". Rosululloh bersabda," orang tersebut seperti apa yang diniatkan dan dosanya sama."(HR. Ahmad juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tirmidzi dengan lafaz yang berbeda)

Hadist tersebut menggambarkan dengan jelas bagaimana kedudukan harta pada manusia, harta ditangan orang yang sholih akan menjadikan mulia disisi Alloh sedangkan harta ditangan orang yang tak berilmu akan menjadikannya kehinaan disisi Allah. Meskipun harta itu bermanfaat dan penting dalam kehidupan seseorang namun perlu diingat pula bahwa harta itu merupakan sarana ujian buat manusia, Allah Ta’ala telah mengingatkannya dalam Firmannya :

"Sesungguhnya kalian akan diuji tentang harta dan diri kalian, dan kalian akan banyak mendengar perkataan yang menyakitkan hati"(QS. Al-Imron:186)

Begitu juga Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam telah memberi peringatan bahwa harta itu adalah cobaan bagi ummatnya, beliau bersabda :

"Sesungguhnya setiap ummat mempunyai cobaan dan cobaan bagi ummatku adalah harta"
(HR. At-Tirmidzi hadist hasan).

Sedangkan Ali Radiyallohu 'anhu berkata :

"Dunia adalah negeri orang yang sehat didalamnya akan tua. Orang yang sakit didalamnya akan menyesal. Orang yang miskin didalamnya akan sedih. Orang kaya didalamnya diuji.Pada yang halal di dalamnya terdapat perhitungan (hisab) Dan pada yang haram didalamnya terdapat neraka"

Seseorang yang diberi oleh Allah kelebihan harta dan juga anak, bukan berarti Allah Ta’ala telah membe-rikan kebaikan-kebaikan pada dirinya. Sesungguhnya harta bagi seorang muslim bukan merupakan suatu kemuliaan tetapi merupakan ujian sedangkan harta bagi orang kafir adalah azab yang merupakan bahan bakar api neraka baginya. Alloh Ta’ala berfirman :

” Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS.A Mu’minun (23):55-56)

Demikianlah harta kekayaan manfaat atau tidaknya tergantung siapa yang memegangnya. Semoga kita dijauh-kan dari fitnahnya. dan apabila seseorang dikaruniai kelebihan harta oleh Allah maka hendaknya ia bersyukur dan bila tidak dikarunia atau belum dikaruniai harta maka hendaknya ia bersabar, itulah sikap yang terbaik bagi seorang hamba yang beriman . Wallohu'alam bi Showab.-

MENCINTAI HARTA DAN ANAK

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. 64 At Taghabun:15)


Harta dan anak adalah merupakan karunia Allah Subhana wa Ta’ala bagi seseorang, namun apabila tidak diatur dan digunakan sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, maka harta dan anak akan menjadi fitnah baginya. Kehidupannya akan dikerubuti dengan fitnah baik berupa fitnah harta maupun fitnah anak keturunan. Harta dan anak merupakan simbol hiasan dan kebanggaan bagi manusia di dunia, maka hendaklah berhati-hati terhadap keduanya. Didunia ini harta pada hakekatnya merupakan adzab bagi orang-orang kafir dan ujian bagi orang-orang mukmin. Maka bagi orang yang beriman, hendaknya tidak terperdaya dan kagum terhadap orang-orang yang diberi oleh Allah berupa harta yang melimpah dan anak keturu-nan yang sehat, karena itu adalah sarana ujian dari Alloh yang maha berkehendak.

“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan mela-yang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” ( QS. At-Taubah :55 )

Ayat diatas memberikan peringatan kepada orang-orang beriman agar tidak terperdaya terhadap harta yang banyak dan anak-anak yang diberikan Allah terhadap orang-orang kafir, karena keduanya merupakan simbol hiasan besar dunia bagi manusia yang dengannya Allah akan menyiksanya. Mencintai harta dan anak bukannya dilarang akan tetapi hendaknya dijadikan lahan untuk mempersiapkan kehidupan yang sebenarnya, kehidupan di akhirat yang abadi.

Bagaimana seharusnya mencintai harta dan anak ? Menurut para ulama, para ahli tafsir dalam berbagai macam tafsir menjelaskan bahwa harta dan anak meru-pakan sarana ujian dari Allah. Manusia apabila hidup di dunia tanpa bekal iman dan taqwa, maka kondisinya akan dikerubuti oleh fitnah-fitnah, baik fitnah harta maupun fitnah anak keturunan. Allah Ta’ala telah mengi-ngatkan bahwa sebaik-baik bekal bagi manusia dalam hidupnya adalah taqwa bukannya harta benda. Orang yang paling taqwa adalah orang yang paling mulia disisi Alloh. Allloh telah berfirman dalam Al Qur’an :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al Hujorot (49):13)

Dari ayat diatas jelaslah bahwa kemuliaan seseorang bukan diukur dari banyaknya harta atau anak tetapi kemuliaan disisi Alloh ditentukan dari sejauh mana orang tersebut melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi lara-nganNya atau sering disebut Taqwa. Adapun bagi orang beriman, jelaslah baginya bahwa harta dan anak itu adalah ujian bagi dirinya. Alloh Azza wa Jalla berfiman:

“ Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mende-ngar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan” (QS.Al Imran (3):186)

Setelah mengetahui hakekat harta dan anak dalam hidup didunia ini maka bagi orang beriman, mereka akan berusaha mengelola hartanya untuk dipergunakan di jalan Allah dan mengatur anak serta keluarganya dengan hukum-hukum Allah, bukan dengan selera hawa nafsunya. Mereka akan senantiasa ingat akan peringatan Rosululloh Shalallahu ‘alaihi Wasalam dan para shahabatnya tentang harta.Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasalam telah bersabda :” Dunia itu terlaknat dan terlaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali siapa yang berdzikir kepada Allah, orang yang mencari ilmu dan orang yang mengajarkannya.” (HR.Tirmidzi)

Dari Ka'ab bin Ayyadh radhiyallahu 'anhu. berkata Rasullulloh Shalallahu ‘alaihi Wasalam bersabda:
"Sesungguhnya setiap ummat mempunyai cobaan dan cobaan bagi ummatku ialah harta" (HR.At-Tirmidzi dan berkata hadist hasan)

Rosululloh bersabda: “Anak itu membuat orang pelit dan pengecut “(HR.Ahmad dan Ibnu Majah)

Dalam sabdanya yang lain :
“Anak Adam berkata: hartaku-hartaku, dan apakah yang menjadi hartamu wahai Anak Adam kecuali, apa yang kalian makan hingga habis, yang kalian pakai hingga usang dan apa yang kalian sedekahkan dijalan Alloh maka ia kekal bagimu.(HR.Muslim)

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata : “Manusia di dunia adalah tamu, sedang harta bendanya adalah barang pinjaman. Setiap tamu pasti akan pulang, dan setiap barang pinjaman harus dikembalikan.”

Setelah memahami bahwa harta dan anak adalah ujian, apakah kemudian tidak boleh mencintainya ? Alloh Ta’ala mempersilahkan mencintainya karena itu bagian dari karunia yang diberikan pada manusia dalam menjalani hidup di dunia hanya saja dalam mencintai sesuatu, Alloh telah mengingatkan dalam firman-Nya :

Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugi-annya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya".Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
(QS.At Taubah( 9):24)

Dari Ayat diatas sudah cukup untuk menjadi pegangan bagi orang yang menginginkan keselamatan di dunia dan akhiratnya,bahwa kecintaannya terhadap harta dan anak dan apa saja yang ada didunia ini tidak boleh melebihi cintanya kepada Alloh, Rosul-Nya dan jihad di jalan Alloh.

Untuk lebih memperjelas bagaimana kedudukan harta dibawah ini adalah sabda Isa bin Maryam yang bisa dijadikan bahan renungan agar dalam mencintai terhadap harta dan anak tidak berlebihan :

Imam Ahmad rh. berkata, bahwa berkata kepada kami Umar bin Saad Abu Daud Al Khafari dari Sufyan yang berkata, bahwa Isa Ibnu Maryam bersabda “ Cinta dunia adalah akar segala dosa. Dan harta, didalamnya terdapat penyakit yang banyak ”. Mereka bertanya,” Penyakit apa yang dimaksud ? Isa bin Maryam menjawab,” Tidak selamat dari kemegahan dan kesombongan” Mereka berkata,”Jika ia selamat dari padanya ?” Isa menjawab,” Memperbaikinya itu menyibukkannya dari dzikir kepada Alloh Azza wa Jalla.” Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari fitnah dunia. Amin. Wallahu’alam bi Showab.

NILAI UJIAN

Ujian bagi manusia adalah merupakan ketentuan Allah yang menghinggapi setiap manusia selama ia hidup di alam dunia ini, hidup ini tidak akan lepas dari ujian dan cobaan dengan segala bentuknya. Dengan ujian segala sesuatu akan nampak keasliannya, dan dengan diuji dan dicoba akan nampak mana yang palsu dan mana yang asli, mana emas murni mana loyang. Dalam kehidupan dewasa ini seringkali suatu tiruan lebih banyak dari pada yang asli, dan terkadang lebih diminati dari pada aslinya.

Demikian pula dengan manusia, dalam kehidupan sekarang ini banyak orang yang mengaku beriman kepada Allah tetapi seberapa banyak orang yang benar-benar beriman, mereka mengaku beriman bahkan sering kali sumpah dengan menyebut nama Allah, dan berjanji bahwa mereka akan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa akan tetapi tidak pernah menjalankan apa yang diperintahkan atau pun menjauhi yang dilarang bahkan tidak tahu mana perintah dan mana yang dilarang. Keimanan seseorang tidak akan nampak mana yang beriman sampai dihati dan mana yang hanya dilisan, mana yang munafik dan mana yang mu'min, mana yang pengecut dan mana yang pejuang, hanya dengan diuji semua akan nampak keas-liannya. Bagi manusia yang mengaku beriman, ujian dan cobaan merupakan bagian dari kehidupannya juga sesuatu yang pasti terjadi dalam keimanannya , Alloh Subhanahu Wa Ta’ala telah berfiman dalam Al-Qur'an :

"Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan :"Kami telah beriman" sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka dan Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui pula orang-orang yang dusta.(QS. Al-Ankabut :2-3)

Begitulah Allah menyatakan dalam Al-Qur'an, bahwa setiap orang yang mengaku beriman akan diuji agar nampak mana yang beriman dengan benar dan mana yang dusta, sedangkan ujian keimanan itu bisa berupa kesusahan maupun kesenangan. Bagi orang yang benar-benar beriman mereka tidak peduli ujian itu berupa kesusahan atau pun kesenangan, bila diuji dengan kesusahan dia bersabar dan bila diuji dengan kesenangan dia akan bersyukur.

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dalam menguji setiap hamba-Nya, tidak pernah tawar menawar tetapi Dia memberi ujian kepada hamba-Nya, sudah diukur sesuai dengan kadar keimanannya dan disesuaikan dengan kemampuannya. Sungguh maha benar Alloh dengan segala firman-Nya yang tercantum dalam Al-Qur'an :

"Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (QS. Al-Baqarah : 286)

Seperti yang tercantum pada ayat diatas berat atau ringannya ujian seseorang berbeda-beda sesuai dengan kadar kemampuannya, boleh jadi ujian yang sama tetapi satu menganggap ringan yang lain merasa berat, tetapi semua itu tidak akan melebihi kemampuannya. Sedangkan didunia ini ujian yang terberat adalah ujian yang menimpa para nabi dan Rosul.

Diriwayatkan dalam sebuah hadist, "Dari Mus'ab bin Sa'ad dari bapaknya Radiyallahu ‘Anhu. berkata : Aku bertanya, Ya Rosululloh siapakah orang yang paling berat ujiannya? Beliau berkata: Para Nabi, kemudian yang setelahnya dan setelahnya. Seseorang akan diuji sesuai dengan kekuatan agamanya. Jika ia kuat dalam beragama maka ujiannya akan lebih berat. Namun jika agamanya kurang kuat maka ujiannya setara dengan kekuatan agamanya. Dan ujian akan senantiasa bersama seorang hamba sampai ia berjalan diatas bumi dan tidak ada kesalahan padanya." (HR.Tirmidzi)

Demikianlah Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menguji hamba-Nya disesuaikan dengan kemampuan agamanya, dan apabila Alloh menghendaki kebaikan pada hamba-Nya maka Dia mengujinya, Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda :

"Jika Alloh menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, maka dia menurunkan ujian kepadanya satu demi satu." (HR.Tirmidzi)

Orang beriman dengan keimanan yang benar ketika menghadapi kesulitan atau pun cobaan mereka akan meneladani orang-orang sholeh terdahulu mereka akan tersenyum, bersabar, dan memperlihatkan kelonggaran sehingga orang-orang yang senang melihat musibah orang lain akan merasa suntuk dan jengkel serta bingung melihatnya. Bagi orang yang beriman apabila ujian menghampirinya, tidaklah menjadikannya lemah dan inilah salah satu ciri orang beriman apabila Allah mengujinya, Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur'an :
"Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka dijalan Alloh, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh" (QS. Al Imran :146)

Nilai ujian, besarnya pahala yang didapat dari ujian adalah tergantung besar kecilnya ujian atau berat ringannya ujian yang menimpanya serta cara seseorang menerima dan mensikapi atas ujian yang diterimanya. Semakin berat dan besar suatu ujian maka nilai yang didapat juga semakin tinggi, Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda :

"Sesungguhnya besarnya pahala bergantung pada besarnya ujian. Dan jika Alloh mencintai seseorang, maka Dia akan mengujinya. Barangsiapa yang puas dan rela akan mendapat kebahagiaan, dan siapa pun yang marah, baginya adalah murka Alloh"(HR. Tirmidzi)

Apabila dengan ujian yang menimpanya manusia rela dan menerima sebagai ketetapan Alloh atasnya maka ujian merupakan sarana untuk mendapatkan pahala dan yang akan berbuah kebahagiaan abadi. Begitu pula apabila manusia tidak rela atas ujian yang telah ditetapkan Allah kepadanya maka Alloh akan murka terhadapnya. Semoga Alloh memberikan keistiqomahan terhadap hamba-Nya yang senantiasa rela dan ridlo terhadap ujian yang telah ditetapkan atasnya. Wallohu ‘Alam bi Showab.













Orang beriman dengan keimanan yang benar ketika menghadapi kesulitan atau pun cobaan mereka akan meneladani orang-orang sholeh terdahulu mereka akan tersenyum, bersabar, dan memperlihatkan kelonggaran

SEBUAH RENUNGAN

Selang beberapa saat diriku menerima ujian tiada lepas lisan ini berucap tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Sungguh maha perkasa lagi maha bijaksana Alloh yang menguji hamba-Nya. Dan sungguh maha benar apa yang difirmankan dalam kitab-Nya.

"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu" (QS. Al Imron(3) :186)

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,dan Alloh memaafkan sebagian besar dari (kesalahan-kesalahan-mu)." (QS. Asy Syuura :30)

Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan apa yang kualami, kecuali sebuah renungan akan diri ini. Renungan yang dengannya aku bisa mensyukuri nikmat-Nya sekali-gus menyesali dan bertaubat dari setiap kelalaianku yang terjadi dimasa lalu. Renungan yang dengannya membuat diriku tersadar siapa diri ini sebenarnya.

"Wahai diri yang beruban, tidakkah engkau sadari bahwa ubanmu adalah tanda kematianmu, banyaknya ubanmu berarti dekatnya kematianmu".

"Wahai diri yang dikaruniai telinga bisa mendengar, mengapa telingamu lebih banyak mendengar panggilan setan (musik) daripada Alunan Al-Qur'an, tidakkah engkau tahu Alloh berfirman"Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat"(QS.Al-Insaan : 2)"

"Wahai diri yang dikaruniai mata bisa melihat, mengapa matamu lebih banyak engkau pergunakan meli-hat TV dan menatap koran dari pada membaca Al Qur'an sedangkan engkau tahu bahwa matamu akan diminta pertanggungjawabannya"

"Wahai diri yang dikarunia lisan bisa bicara mengapa lisanmu lebih banyak engkau pergunakan untuk membicarakan sesuatu yang tiada berguna daripada berdzikir kepada Alloh, tidakkah engkau ingat sabda nabi-mu bahwa setiap perkataan anak Adam adalah musibah kecuali mengajak yang ma'ruf, mencegah yang mungkar dan berdzikir"

"Wahai diri yang dikarunia tangan dengan sempur-na mengapa tanganmu lebih ringan menerima daripada memberi tidakkah engkau ingat bahwa tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah"

"Wahai diri mengapa hatimu lebih cenderung kepada kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat bukankah dunia itu akan engkau tinggalkan sedang akhirat itu kekal"

"Wahai diri mengapa engkau lebih banyak memikir-kan untuk kenikmatan sesaat daripada kenikmatan yang abadi"

"Wahai diri mengapa engkau takut dengan kepe-dihan sesaat (penyiksaan) sedangkan kepedihan yang sebenarnya (sakaratul maut) telah dekat ".

"Wahai diri mengapa engkau suka tertawa sedang-kan engkau lahir dengan tangismu dan mati dengan tangis orang lain sedang engkau pun belum tahu nanti disyurga atau dineraka".

"Wahai diri yang dikarunia kaki bisa berlari menga-pa engkau lebih ringan kakimu untuk melangkah pada urusan dunia daripada ke masjid atau shilahturohmi yang merupakan bekal akheratmu"

"Wahai diri sholatlah engkau berjamaah sebelum engkau disholatkan berjamaah, terutama sholat shubuhmu karena sholat shubuh itu disaksikan para malaikat"

"Wahai diri sudah merasa cukupkah ibadahmu sehingga sholat malam sering engkau tinggalkan sedang-kan Alloh telah menyuruhmu sholat tahajud dalam Al-Qur'an surat Al Isra :78-79,sebagai ibadah tambahan"

"Wahai diri sudah merasa cukupkah amalmu sehingga engkau tiada minta ampun pada Alloh diwaktu sahur, sedangkan orang bertakwa senantiasa berdo'a diwaktu sahur, tidakkah engkau baca Al Qur'an surat Al Imron ayat 17 "

Ya Alloh, Engkaulah yang maha pengampun lagi maha penyayang, yang maha perkasa lagi bijaksana ampunilah dosa-dosa hamba-Mu yang telah lalu maupun yang akan datang, karena sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa hamba-Mu ini kecuali Engkau.

Ya Alloh, Engkaulah yang maha mengetahui yang ghoib maupun yang nampak, tampakkanlah kepada kami yang haq itu haq dan yang batil itu batil. Dan jauhkanlah kami dari yang subhat.

Ya Alloh,yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, jadikanlah hidup kami dalam Islam, matikanlah kami syahid dijalan-Mu dan bangkit-kanlah kami dari kubur dalam Islam.


“Segala puji bagi Alloh yang menjadikan hamba seorang teraniaya bukan yang menganiaya, seorang yang didzalimi bukan yang mendzalimi”

BERSABAR DAN BERSYUKUR DENGAN UJIAN

Suatu musibah atau ujian bagi manusia adalah merupakan suatu kepastian selama ia hidup di dunia ini. Hanya saja dalam mensikapi ujian itu manusia sering berbeda-beda ada yang bersabar ada yang malah ber-syukur ada pula yang berkeluh kesah, juga ada yang menggerutu. Perbedaan sikap dalam menghadapi ujian ini biasanya disebabkan oleh latar belakang keimanan pene-rima ujian tersebut. Selain dari cara mensikapi yang berbeda, jenis ujian yang menimpa seseorang pun berbeda-beda pula ada ujian atau cobaan yang berupa kesedihan seperti : penyakit yang menimpa keluarganya, kematian, perselisihan keluarga dan lain sebagainya, ada pula yang berupa kesenangan dunia seperti : banyaknya rezki, anak yang cerdas, kesehatan dan lain sebagainya. Ujian yang menimpa manusia dengan segala bentuknya ini telah termuat dalam Al Qur'an :

" Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji dan mencoba kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai batu ujian, dan hanya kepada Kami kamu dikembalikan"(QS.Al-Anbiya (21) :35)

Ujian pada manusia yang berupa keburukan maupun kebaikan itu terkadang menimpa harta atau juga jiwanya. Ujian yang menimpa harta kita misalnya adalah jatuhnya usaha, gagal panen, kebakaran, penipuan dan masih banyak lagi lainnya, sedangkan ujian yang menimpa jiwa atau diri kita adalah seperti cemoohan atau ejekan, siksaan atau penganiayaan dan lainnya. Ujian yang menimpa pada harta dan diri manusia ini telah difirmankan oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al Qur’an:

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mende-ngar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.”(QS. Al-Imron (3):186)

Selain ayat-ayat diatas masih banyak lagi ayat yang menerangkan tentang ujian bagi manusia. Dari berbagai macam ujian yang ada bagi manusia, yang terpenting adalah bagaimanakah kita mensikapi ujian dalam kehi-dupan di dunia ini. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam sebuah hadist Qudsi :

" Sekiranya Aku uji salah seorang hamba-Ku yang beriman, lalu ia memuji-Ku atas ujian itu, berilah pahala bersambu-ngan baginya, sebagaimana pahala yang biasa yang kalian berikan (atas amal yang mereka lakukan). (Hadist Qudsi Riwayat Ahmad dan Thabrani)

Dalam hadist Qudsi diatas, Alloh Subhanahu Wa Ta’ala telah menunjukkan bagaimana caranya agar kita lulus menghadapi ujian yaitu apabila mendapat ujian dari Allah agar tetap bersyukur kepada-Nya, yang dimanifes-tasikan dalam berbagai bentuk seperti : tahan menderita, sabar, tabah, dan mencari jalan keluar, bertawakal dan berserah diri kepada Allah Ta’ala. Apabila seseorang tertimpa musibah dan harus berhenti beramal karena musibah itu, serta telah melakukan hal-hal tersebut diatas maka Allah Ta’ala akan memberikan ganjaran seperti halnya amalan yang dilakukan sebelum tertimpa musibah.

Selain Hadist Qudsi tersebut diatas masih banyak hadist-hadist dari Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasalam yang menerangkan bagaimana kita harus bersikap apabila menghadapi ujian, diantaranya adalah: Dari Ummul Mu'minin Ummu Salamah Radiyallah ‘anha. Bahwa beliau mendengar Rosullulloh Shollallohu ‘alaihi Wasalam bersabda :

"Tidaklah ada seorang hamba yang ditimpa musibah lalu berkata:"Sesungguhnya kami milik Alloh dan kepada-Nya lah kami dikembalikan. Ya Alloh berilah pahala dalam musibahku ini, dan berilah ganti bagiku yang lebih baik daripadanya" kecuali Alloh akan memberi pahala atas musibahnya dan akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari musibahnya tadi"

Agar seseorang tabah dalam menghadapi musibah hendaknya seorang hamba yang beriman apabila mendapat-kan musibah atau diuji oleh Alloh hendaknya membanding-kan dengan musibah yang dialami oleh orang lain yang lebih berat daripada dirinya dan bertanya pada diri sendiri :

“Tidakkah kau lihat, ahli dunia itu ditimpa musibah dan cobaan berlipat-lipat daripada musibah yang menim-pamu. Padahal mereka tidak mendapatkan pahala untuk itu dan tidak pula diberi rizki oleh Allah yang berupa kesabaran. Dikala tertimpa musibah, kebanyakan mereka berada dalam kesempitan, kesusahan, kegelisahan, kegun-dahan, dan bahkan menjadi gila karena musibah itu... Pernahkah kau dengar ada satu keluarga lengkap yang tenggelam karena gempa dan sebagian luka cacat seumur hidup dan yang lain meninggal dunia? Bandingkan musibah yang menimpamu dengan musibah yang menimpa mere-ka!”

Sesungguhnya puncak musibah yang menimpa orang beriman adalah dibunuh oleh musuh-musuhnya. Dan itu bukan musibah! Bukan! Itu adalah kemuliaan baginya, dan bahkan itulah kehidupan yang paling berharga, paling mahal. Sesudah itu tiada lagi merasakan derita atau pun luka. Ya... tebasan pedang, sebutir atau beberapa butir peluru yang menembus jasad.

“ Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki”. (QS. 3 Al Imron:169)

Abdullah bin Yazid Al Muqri meriwayatkan dari Abu Ma'mar dari Baqir bin Abdullah yang meneruskan kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasalam, "Barang siapa diberi kebaikan dan menampakkannya, maka ia dinamakan kekasih Alloh dan orang yang mengungkapkan nikmat-nikmat Alloh. Dan barangsiapa diberi kebaikan, serta tidak memperlihat-kannya maka ia dinamakan musuh Alloh dan penentang nikmat-nikmat Alloh".

Jelaslah bahwa siapa yang diberi oleh Alloh suatu ujian kebaikan kemudian menampakkan dengan cara diperuntukkan mendekatkan diri kepada Alloh maka dia menjadi kekasih Alloh, sungguh beruntunglah orang-orang yang demikian ini. Begitu juga sebaliknya barangsiapa diberi ujian kebaikan oleh Alloh tetapi tidak ditampakkan dengan cara tidak dipergunakan untuk menuju ketaatan pada Alloh maka orang tersebut adalah menjadi musuh Alloh.

Seseorang apabila menerima ujian keburukkan maka hendaknya ia bersabar dan mengembalikan semua musibah yang menimpa dirinya kepada Alloh sedangkan apabila ujian berujud kebaikan maka hendaknya bersyukur dengan menampakkan kebaikan yang diterimanya untuk berbakti dijalan Alloh. Maka apabila seorang hamba mene-gakkan suatu perkara sebagaimana mestinya, niscaya ujian akan berubah jadi anugerah, bala' menjadi karunia dan benci menjadi rasa cinta. Semoga Alloh menjadikan kita sebagai hamba yang bersabar dan bersyukur atas apa pun yang menimpa kita.
Wallohu 'alam bi showab.

PANJANG UMUR

Panjang umurnya-panjang umurnya .......begitulah ucapan yang sering terdengar dalam suatu acara ulang tahun seseorang.Dalam kehidupan sehari-hari apabila seseorang hendak berpisah dengan kawan maka seringkali mengucapkan "semoga masih diberi panjang umur dan bertemu lagi" atau terkadang minta dido’akan agar panjang umur. Ucapan yang tidak asing terdengar ditelinga kita itu tidak lain sebagai harapan untuk mendapatkan umur panjang dalam menjalani hidup didunia ini namun jarang diresapi maknanya, cobalah bayangkan apabila Allah Ta’ala memberi umur panjang hingga ratusan tahun pada diri seseorang apa yang akan terjadi ? Tentu ingatan apa yang telah diperbuat dimasa lampau telah samar, daging keriput, tulang pun telah rapuh, mata pun rabun, rambut memutih dan rontok, gigi pun ompong tidak sanggup makan kecuali makanan tertentu, kehidupannya tidak lain hanyalah akan menyusahkan orang lain atau setidaknya menjadi beban bagi orang lain.

Panjang umur atau umur yang panjang adalah suatu dambaan bagi hampir seluruh manusia selama hidup di dunia ini.Dan pada umumnya apabila seseorang dalam hidupnya serba kecukupan maka mereka menginginkan umur yang panjang hal ini biasanya didasari oleh kecintaannya pada dunia yang dinikmatinya serta takut akan kehilangan dari apa yang ada pada dirinya. Keinginan untuk mendapatkan umur panjang yang didorong karena cinta terhadap dunia menjadikan kebanyakan manusia takut akan kematian yang pasti akan menghampirinya, karena takut dengan kematian inilah manusia berusaha untuk mengekalkan kehidupannya di dunia. Banyak cara mereka coba diantaranya dengan jalan : membuat suatu ruang yang bebas bakteri seperti yang dilakukan oleh milyarder dari daratan Eropa tapi apa yang terjadi akhirnya toh mati juga bahkan membusuk didalamnya.

Kenyataan yang ada dalam kehidupan dimasyarakat dewasa ini, kecintaan terhadap dunialah yang melatar-belakangi manusia ingin hidup lama atau berumur panjang. Keinginan umur panjang yang didasari karena cintanya pada dunia tidak akan membawa manfaat bagi yang mengingin-kannya. Umur panjang apabila tidak dipergu-nakan dalam ketaatan pada Allah maka hanya akan memperberat siksa diakherat. Allah Subhanahu Wa Ta,ala telah membe-rikan peringatan terhadap manusia yang mengingin-kan umur panjang karena cintanya pada kehidupan dunia dalam salah satu firman-Nya :

"Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba terhadap kehidupan di dunia),bahkan lebih (loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa.Alloh maha mengetahui apa yang mereka kerja-kan"(QS. Al-Baqarah:96)

Dalam tafsir Ibnu katsir disebutkan Abu Aliyah dari Ibnu Umar Radiyallahu ‘anhu berkata :"Makna ayat itu, umur panjang tidak akan membantu dan menyelamatkan mereka dari adzab, umur panjang itu tidak akan dapat menyela-matkan mereka dari adzab sebagaimana umur panjang diberikan pada iblis, tidak memberikan manfaat sedikitpun kepadanya karena kafir" jelaslah sudah, bahwa apabila Allah memberi umur panjang dan tidak digunakan dalam rangka menuju ketaatan pada Allah maka tidak lain kehidupannya seperti iblis yang sejak diciptakan sampai hari qiyamat umurnya dihabiskan hanya untuk menjerumuskan manusia dari jalan Alloh.

Seberapa penting manfaat umur panjang bagi manusia sehingga harus berjuang sedemikian keras untuk mendapatkannya ? Dan sejauh mana tanggung jawab dengan umur yang diinginkannya ? Ayat tersebut diatas telah memberi peringatan pada kita bahwa manusia yang menginginkan umur panjang yang didasari karena cintanya pada kehidupan dunia tidak akan mampu menjauhkannya dari siksa Alloh.

Sesungguhnya umur yang panjang itu tidak akan membawa banyak manfaat bagi manusia itu sendiri apabila tidak dipergunakan dalam rangka menuju ketaatan kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, suatu kebahagiaan tersendiri bagi seorang hamba yang dikaruniai umur panjang dan meman- faatkannya untuk mendekatkan diri kepada Alloh dengan penuh ketaatan kepada-Nya.

Bagi manusia yang memanfaatkan umurnya diperun-tukkan dalam rangka ketaatan pada Allah, mereka akan senantiasa berpikir, bagaimana tanggung jawab dengan umur yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepadanya.Karena ia menyadari bahwa umur yang diberikan kepadanya akan diminta pertanggung jawaban-nya. Rosulullah Shallallohu ‘Alaihi Wasalam telah bersab-da mengenai tanggung jawab terhadap umur dengan sabdanya :

"Pada hari kiamat,kedua telapak kaki seorang hamba tidaklah bergeser hingga dia ditanya tentang empat (perkara), yaitu tentang umurnya, dalam perkara apakah dia telah menghabis kannya, tentang masa mudanya, untuk apakah ia habiskan waktu mudanya, tentang ilmunya, apakah ia mengamalkan ilmunya, dan tentang hartanya dari mana ia memperolehnya dan dalam hal apakah dia membelanjakan."

Sebegitu pentingnya umur bagi manusia sehingga dari empat perkara yang ditanyakan pada manusia dua dianta-ranya adalah masalah umur yaitu umur selama hidup didunia dan lebih khusus lagi umur ketika masa muda. Suatu hal yang sangat ganjil apabila manusia menginginkan umur yang panjang sedangkan umur tersebut hanya digunakan bermak-siat kepada Alloh (tidak menjalankan perintah dan larangan Alah), padahal tiada satu detik pun yang akan terlewati dari umur manusia selain akan dimintai pertang gungan jawabnya. Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur'an :

" Pada hari (ketika),lidah,tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan" (QS.An-Nur(24) :24)

" Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya".
(QS. Al-Israa'(17) :36)

Dari ayat diatas sangat gambling Allah Ta’ala memberi peringatan pada manusia bahwa apa yang ada dalam diri manusia yang berupa pendengaran, penglihatan dan juga hati akan diminta pertanggungan jawabnya. Sebagai saksi dari pertanggungjawaban itu adalah diri manusia itu sendiri yang berupa lidah,tangan dan kakinya. Maka sudah menjadi keharusan bagi manusia untuk memanfaatkan umurnya selama hidup di dunia ini dengan mengabdi kepada Allah dengan sebenar-benarnya pengab- dian.

Sebaik-baik manusia adalah yang dikarunia Allah umur yang panjang dan memanfaatkan untuk kebaikan, sedangkan sejelek-jelek manusia adalah yang dikaruniai umur panjang tetapi digunakan untuk bermaksiat kepada Allah.Semoga Allah memberikan karunia pada hamba-hamba-Nya yang senantiasa memanfaatkan umurnya dalam ketaatan dan selalu beramal hanya kepada Allah semata serta selalu mengingat-Nya dalam segala keadaan.
Wallohu ‘Alam bi Showab.

MENANTI YANG PASTI

Hilangnya nyawa atau yang lebih sering disebut kematian adalah merupakan sesuatu yang pasti terjadi bagi setiap yang bernyawa. Dan sesungguhnya kehidupan manusia didunia ini tidak lain hanyalah menanti suatu yang pasti terjadi pada dirinya yaitu kematian. Kematian itu sendiri adalah merupakan pelajaran bagi siapa yang mau mengambil pelajaran dan gagasan bagi mereka yang berpikir. Seringkali mereka mengejar sesuatu yang semu dan melupakan yang pasti terjadi, mereka terbawa angan-angan kosong dalam kehidupan dunia yang menipu.

Kematian menurut para Ulama bukanlah ketiadaan sejati dan bukan pula kehancuran yang sebenarnya. Kematian hanyalah terputus dan berpisahnya keterkaitan jiwa atau ruh dengan jasad atau badan, serta perpisahan keduanya, pergantian keadaan, dan perpindahan dari suatu negeri ke negeri lainnya yaitu dari dunia menuju akhirat. Kematian adalah salah satu musibah besar bagi manusia sedangkan menurut para ulama :" Musibah yang lebih besar daripada kematian adalah melalaikan kematian itu sendiri, berpaling dari mengingatnya, kurang memikir-kannya, dan tidak beramal untuknya".

Sungguh manusia yang melalaikan kematian adalah manusia yang amat bodoh, dia akan mendapati musibah besar tetapi melalaikannya, tanpa berpikir bagaimana menghadapinya, sedangkan Alloh SWT, dalam salah satu ayat Al Qur'an telah mengingatkan bahwa kematian itu adalah suatu kepastian yang akan menemui setiap orang meskipun dia berusaha lari darinya. Alloh Ta’ala berfirman :

Katakanlah :"Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu pasti akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Alloh, yang mengetahui yang ghoib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan"( QS. Al Jum'ah : 8)

Bagi manusia yang memikirkan bahwa dirinya akan mengalami kematian yang merupakan musibah besar, maka ayat tersebut sudah cukup untuk merenungkan arti sebuah kehidupan dunia. Tetapi jiwa yang beku dan hati yang lalai memerlukan nasehat-nasehat yang panjang. Sesungguhnya manusia itu banyak yang lalai dari tempat kembali yang pasti. Padahal mereka datang kedunia ini bukan atas kehendaknya tetapi kehendak dari yang maha berkehendak yaitu Alloh Subhanahu Wata’ala pencipta alam dan seisinya. Begitu juga manusia akan keluar dari dunia ini bukan atas dasar kehendak atau keinginan mereka, tetapi kehendak penguasa alam semesta Allah Subhanahu Wa Ta’ala .

Manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini dengan aktivitas-aktivitas kesehariannya mulai bangun tidur hingga tidur lagi sebenarnya tidak lain hanyalah menunggu kapan kematian akan terjadi pada dirinya. Kematian yang pasti akan menimpa setiap yang bernyawa. Bagi manusia yang lebih banyak menggunakan akal daripada nafsunya, dalam mengisi masa penantiannya akan selalu bertanya, persiapan apa yang diperlukan untuk menjemput kematian yang pasti akan datang menimpa dirinya ? Sudah siapkah diri ini dijemput saat ini ? Perbekalan apa yang mesti dibawa ? Sudah cukupkah perbekalan yang akan dibawa ? Pertanyaan-pertanyaan diatas akan selalu menghinggapi pikiran orang yang lebih banyak menggunakan akalnya daripada mengikuti hawa nafsunya. Mereka menyadari dan berusaha mempersi-apkan segala sesuatunya untuk menyambut sesuatu yang pasti dialaminya yaitu kematian. Berawal dari kematian inilah manusia berpindah dari suatu negeri ke negeri lainnya, dari negeri tempat beramal menuju negeri tempat memetik amal.

Kematian adalah awal dari kuburan sebagai rumah, dimana tanah sebagai tempat tidur, cacing tanah sebagai teman, keadaan seperti itu merupakan sesuatu yang pasti dan telah menanti tapi dimanakah diri yang dinanti ? lupakah dia akan sesuatu yang pasti terjadi ? terlenakah dia dengan sesuatu yang semu ?

Sungguh manusia memang lebih sering mementing-kan kenikmatan sesaat daripada yang abadi, takut keseng-saraan sesaat daripada kesengsaraan yang hakiki. Agar manusia tidak terlena yang berkepanjangan maka sudah semestinya mengikuti apa yang diperintahkan Rosululoh Shallallohu ‘Alaihi Wasalam dalam sebuah sabdanya yang diriwayatkan dari Anas Radiyallahu ‘anhu. dia menuturkan,Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda:

"Perbanyaklah mengingat kematian, sebab itu dapat menghapuskan dosa-dosa dan menjadikan zuhud didunia "

Dengan menanti dan mengingat yang pasti, manusia akan hidup penuh harapan dimasa depan, harapan akan suatu kebahagiaan yang abadi, kebahagian yang tak bisa terbayangkan di alam dunia ini yaitu kebahagian Syurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, yang didalamnya ada buah-buahan yang berpa-sangan, dengan tempat makan dan minum terbuat dari emas, yang dikelilingi bidadari yang bermata jeli, dengan tempat tidur bertahtakan emas dan bantal yang tersusun.Karena sadar menanti yang pasti manusia tidak akan berbuat dzalim kepada sesama, tidak akan rakus terhadap harta dunia yang akan ditinggalkannya, tidak akan berbangga dengan apa yang dimiliki dan akan ditinggalkannya. Wallohu'alam bi showab.

MANUSIA ATAU BINATANGKAH ?

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
(QS.At Tiin :4-6)

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Subhana wa ta’ala menjadi sebaik-baik makhluk,selama manusia tersebut memahami tugasnya dan mengikuti aturan-aturan yang ditentukan oleh Allah Subhana wa ta’ala sebagai penciptanya, yaitu dengan cara beriman dan beramal sholeh, apabila manusia sudah menyeleweng dari apa yang digariskan Allah Subhana wa ta’ala kemudian mengikuti hawa nafsunya maka derajatnya akan turun menjadi serendah-rendah makhluk.Manusia sebagai ma-khluk yang diciptakan menjadi sebaik-baik makluk selain dikarunia nafsu juga dikaruniai akal. Dan akal inilah yang membedakan antara manusia dan binatang, maka apabila seorang manusia yang dalam hidupnya hanya mempertu-rutkan hawa nafsunya, mereka dikaruniai mata, hati, dan telinga tetapi tidak dipergunakan untuk memperhatikan ayat-ayat Allah, maka disadari atau tidak, diakui atau tidak, secara otomatis kehidupannya tidak ubahnya seperti kehidupan binatang. Allah Subhana wa ta’ala berfirman dalam Al Qur’an:

"Mereka mempunyai hati, tetapi tidak diperguna-kannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat) Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS.Al-'Araaf :179)

Ayat diatas sangat gamblang bagaimana Allah memberi perumpamaan bagi manusia yang lalai dari men- syukuri nikmat yang diberikan-Nya. Mereka menggunakan hati, mata dan telinganya tidak untuk memahami, melihat dan menyimak ayat-ayat Allah kemudian tidak pula memuji dan bersyukur kepada-Nya, maka manusia yang demikian itu kehidupannya tak ubahnya seperti binatang ternak bahkan lebih sesat dari binatang. Manusia yang telah dika- runia akal kemudian tidak memuji dan sujud kepada-Nya maka sangat pantas apabila dikatakan seperti binatang ternak bahkan lebih jelek. Karena sesungguhnya dalam penciptaan terhadap makhluk yang ada di bumi dan di langit dan diantara keduanya, setiap makhluk memuji dan ber- sujud kepada Allah dengan cara mereka masing-masing. Allah berfirman dalam Al Qur’an :

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”
(QS.Al Israa’( 17): 44)

“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang melata dan sebagian besar daripada manusia Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS.Al Haj ( 22):18)

Begitulah Allah telah menerangkan dalam firmannya bahwa semua makhluk adalah bertasbih dengan memuji kepada-Nya. Hanya saja karena keterbatasan manusia sebagai makhluk maka tidak mengetahui bagaimana cara masing – masing makhluk memuji Allah Subhana wa ta’ala sebagai penciptanya. Kemudian bagaimana dengan makhluk yang bernama manusia apabila dalam hidupnya tidak memuji penciptanya ? Sedangkan dia telah diberi kelebihan oleh Allah dibanding makhluk lain dengan diberi akal. Tidakkah ia akan menjadi makhluk yang lebih rendah daripada binatang ? Manusia seperti binatang ternak ? Bahkan lebih sesat ? Mengapa demikian ? Binatang ternak macam apa yang derajatnya lebih tinggi dari manusia ? Untuk melengkapi kisah binatang dan manusia,ada baiknya kita simak suatu kisah yang menceritakan bagaimana makhluk Allah yang bernama Kucing,Anjing dan Babi dalam bertasbih dan memuji Allah.

Dikisahkan ada makhluk Allah yang bernama kucing memuji Allah dan bersyukur atas apa yg telah ditetapkan Allah pada dirinya dengan berkata ;"Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya yang telah menciptakan aku menjadi kucing tidak menjadikan aku seekor anjing yang najis" ketika kucing bersyukur kepada Allah tentang dirinya yang merasa lebih baik daripada anjing, rupanya terdengar oleh anjing maka anjing pun ikut bersyukur pula dengan berucap;" Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya yang telah menjadikan aku seekor anjing tidak menjadikan aku seekor babi yang diharamkan oleh Allah" ternyata apa yang di ucapkan anjing tentang diri babi terdengar pula oleh babi maka babi pun berucap;" Maha suci Allah dan Segala puji bagi-Nya yang menjadikan aku seekor babi bukan menjadi manusia yang diberi kelebihan akal oleh Allah, tetapi tidak bertasbih dan bersujud kepada-Nya,tidak bersyukur atas karunia yang diberikan kepadanya." Wallahu'alam bi showab.

Allah telah menyatakan bahwa seburuk-buruk makhluk disisi-Nya adalah manusia yang kafir karena mereka tidak beriman,mereka mendengar seruan Allah Ta’ala dan Rosul-Nya tetapi mengingkarinya.

Sesungguhnya binatang (mahluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (QS.Al Anfaal( 8):22)

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (QS.Al Anfaal (8):55)

Ayat dan Kisah diatas bisa menjadi bahan renungan bagi manusia yang menggunakan akalnya karena memang demikian adanya bahwa semua makhluk memuji kepada Allah sebagai penciptanya dengan cara mereka masing-masing, maka apabila manusia yang telah dikarunia akal tidak menggunakan mata, telinga, hatinya untuk memper- hatikan ayat-ayat Allah, mereka hanya mengikuti hawa nafsu maka pada hakekatnya kehidupannya tidak lain seperti binatang ternak bahkan lebih rendah dari babi. Bagaimana tidak lebih rendah dari babi ? Sejelek-jelek babi apabila dikumpulkan antara betina dengan betina atau pejantan dengan pejantan tidak akan bermesraan, melam- piaskan nafsunya sesama jenis. Tetapi apa yang terjadi dewasa ini suatu negara mengesahkan undang-undang atau setidaknya membiarkan manusia sesama jenis saling memadu kasih dengan terang-terangan, bukankah ini berarti manusia lebih rendah dari babi ? Sesungguhnya apa yang mereka lakukan dengan menyenangi sesama jenis tidak lain hanyalah mengikuti apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka yaitu kaumnya Nabi Luth AS yang diazab oleh Allah Azza wa Jalla. Allah Ta’ala mengabadikan kaum Nabi Luth AS dalam Al Qur’an :

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu".Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan:"Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikut-nya) dari kota ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri". Kemu-dian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perlihatkanlah bagai-mana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.(QS.Al A’raaf ( 7) :80-84)

Semoga Allah menurunkan azab-Nya bagi negeri yang menghalalkan perbuatan kaum nabi Luth Alaihi Salam. Wallahu’Alam Bi showab.










“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.” (QS.Al Anfaal (8):55)

KEUTAMAAN ILMU DIBANDING HARTA

Abu Laits meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radiyallahu’Anhu berkata ;”Dua macam kerakusan yang tidak pernah kunjung kenyang,yaitu orang yang menuntut ilmu dan mengejar dunia, tetapi keduanya tidak sama, adapun yang menuntut imu maka selalu bertambah diridhoi Alloh,sedang yang mengejar kekayaan dunia bertambah merajalela kesesatannya, kemudian ia memba-ca ayat “Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah, diantara hamba-hamba-Nya adalah ulama’ (orang yang berilmu).” (Q.S. Al Fathir : 28).

Dan membaca ayat : “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melam-paui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (QS. Al ‘Alaq: 6-7)

Ali Bin Abi Thollib Radiyallahu’Anhu berkata : “Sesungguhnya yang disebut ulama’(orang yang berilmu ) adalah orang yang beramal dengan ilmunya dan yang ilmunya sesuai dengan amalannya.

Dikisahkan ketika para penduduk Basrah ( Iraq ) berselisih pendapat tentang keutamaan ilmu bila diban-dingkan dengan harta, sebagian diantara mereka ada yang mengatakan: “Sesungguhnya ilmu itu lebih utama daripada harta “. Akan tetapi sebagian yang lain mengatakan: “ tidak,harta itu lebih utama daripada ilmu.” Ditengah derasnya perselisihan tersebut, merekapun lantas bersepa-kat untuk mengutus seseorang menghadap sahabat Ibnu Abbas ra, kemudian di tanyakan kepada beliau tentang permasalahan ini, Ibnu Abbas ra berujar bahwa Ilmu itu lebih utama daripada harta. Utusan tadi kembali bertanya kepada Ibnu Abbas Radiyallahu’anhu: ”Jika mereka menanyakan kepadaku tentang pernya-taanmu ini, apa alasan yang akan aku kemukakan kepada mereka?”. Ibnu Abbas Radiyallahu’Anhu menjawab :” Katakan kepada mereka : “Sesungguhnya ilmu adalah warisan para nabi, sedang harta adalah warisan dari fir’aun. Ilmu itu akan senantiasa menjagamu, sedangkan kamu harus senantiasa menjaga hartamu.Ilmu itu tidak akan diberikan oleh Allah Ta’ala kecuali hanya kepada orang yang dicintai-Nya saja, sedangkan harta itu diberikan oleh Allah Ta’ala kepada orang yang dicintai-Nya dan yang tidak dicintai-Nya, bahkan terhadap orang yang tidak dicintai-Nya lebih banyak pemberian-Nya.Tidakkah engkau renungi firman Allah Ta’ala:”dan sekirannya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi ummat yang satu dalam kekafiran, tentulah kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan juga tangga-tangga perak yang mereka memilikinya.Dan kami buatkan pula pintu-pintu perak bagi rumah-rumah mereka dan begitu pula dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya.Dan kami buatkan pula perhiasan-perhiasan dari emas untuk mereka.”(Az Zukruf:33-35).

Dan ilmu itu juga tidak akan habis jika diberikan dan di sebarkan kepada yang lain, sedangkan harta akan habis apabila diberikan dan di belanjakan. Orang yang mempunyai banyak harta akan di lupakan apabila sudah meninggal, sedangkan orang yang berilmu akan senantiasa di kenang selamanya. Orang yang berharta akan ditanya kelak di akhirat setiap dirham yang dia miliki, darimana di dapatkan ? dan kemana di belanjakan hartanya ?’, sedang orang yang berilmu setiap dari perkataannya adalah merupakan derajat tersendiri baginya di syurga.

Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam pernah mengingatkan dalam suatu hadits : Akan sangat menyesal seseorang di akhirat, yaitu orang yang punya kesempatan waktu untuk mencari ilmu ketika di dunianya, tapi ia tidak mau menggunakannya untuk mencari ilmu.

Ilmu yang dimaksud adalah terutama ilmu syar’ie, yang mana hati manusia akan menjadi kering, gersang dan bahkan mati jika tidak pernah mendapatkan konsumsi ilmu tersebut. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman di dalam Al Qur’an.

“ Dan apakah orang yang sudah mati (hatinya) kemudian kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang yang dengan cahaya itu ia dapat berjalam di tengah-terngah manusia serupa dengan orang-orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah kami jadikan orang kafir memandang baik apa yang mereka kerjakan”.(QS.Al an’am : 122)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
“sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan dirham atau dinar, tetapi mereka mewariskan ilmu, barang siapa yang telah mendapatkan ilmu tersebut berarti dia telah mendapatkan bagian yang banyak dari harta warisan peninggalan para nabi”
Ilmu yang diwariskan para nabi itu ada tiga macam:
1. ilmu tentang Allah, asma’ dan sifat-Nya serta hal-hal yang berhubungan dengannya, sebagai contoh : Allah ta’alla menurunkan surat al ikhlas dan ayat kursi serta ayat-ayat yang lain.
2. Ilmu tentang apa-apa yag telah dikabarkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengenai perkara-perkara yang telah lalu dan yang akan datang, juga apa-apa yang bakal terjadi dimasa mendatang. Sebagai contoh dari ilmu ini Allah Ta’ala menurukan ayat-ayat yang berisikan cerita-cerita (al qoshos), janji, ancaman, sifat surga dan neraka dan lain sebagainya.
3. ilmu tentang perintah Allah ta’ala, termasuk di dalamnya ilmu yang berkaitan hati dan jawarih, yaitu iman kepada Allah Ta’ala, mengetahui hakekat hati, dan keadaannya. Serta keadaan organ tubuh, ucapan dan perbuatanya, masuk dalam kategori ilmu ini ilmu tentang dasar-dasar iman dan Islam, ilmu tentag aqwal (ucapan) dan af’al (perbuatan) yng dlohir, dan ilmu yang mencakup dalam kitab-kitab fiqh yaitu ilmu tentang hukum perbuatan dhohir, ilmu-ilmu ini adalah seperempat dari ilmu dien.

Imam Ahmad rohimahullah berkata:“ Kebutuhan manusia akan ilmu itu lebih dari kebutuhan mereka terha-dap makanan atau minuman, sebab kebutuhan pada keduanya sehari cukup satu sampai dua kali sedang kebutuhannya akan ilmu sejumlah bilangan keluar masuk nafasnya”.
Ali bin Abi Tholib Radiyallahu’Anhu. berkata :Manusia itu ada tiga macam,orang ‘Alim (ulama’) yang takut kepada Alloh dan pelajar yang ingin selamat, selain itu adalah rakyat jelata,orang yang mengikut setiap seruan ,condong mengikuti arah angin.Ia juga berkata :” Ilmu itu lebih baik dari harta.Ilmu menjaga dirimu,sedangkan kamu menjaga harta,dan ilmu bertambah jika disebarkan sedang harta berkurang bila diberikan.Dan Ulama itu akan tetap hidup selamanya meskipun jasadnya tidak ada,dan ajaran mereka selalu terbenam dalam hati (selalu diingat)”

Setelah memahami bagaimana kedudukan harta dibanding ilmu maka sudah selayaknya apabila setiap manusia yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, senantiasa berusaha menuntut ilmu dan menem-patkan harta sebagai sarana untuk kebahagiaan akhiratnya bukan dijadikan tujuan hidupnya dan bukan pula dijadikan sebagai alat ukur kebahagian dunia. Untuk itu hendaknya setiap orang beriman merenungkan betul apa yang difir-mankan Alloh dalam Al Qur’an dan apa yang disabdakan Rosululloh Shallallahu 'Alaihi Wasallam dibawah ini :

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang berilmu penge-tahuan beberapa derajat.” ( Al Mujadilah : 11)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda;“Dunia itu terlaknat dan terlaknat apa yang ada di dalamnya,kecuali siapa yang berdzikir kepada Allah,orang yang mencari ilmu dan orang yang mengajarkannya.”(HR.Tirmidzi)














“Sesungguhnya ilmu adalah warisan para nabi, sedang harta adalah warisan dari fir’aun. Ilmu itu akan senantiasa menjagamu, sedangkan kamu harus senantiasa menjaga hartamu.Ilmu itu tidak akan diberikan oleh Allah Ta’ala kecuali hanya kepada orang yang dicintai-Nya saja, sedangkan harta itu diberikan oleh Allah Ta’ala kepada orang yang dicintai-Nya dan yang tidak dicintai-Nya, bahkan terhadap orang yang tidak dicintai-Nya lebih banyak pemberian-Nya.”

HAKEKAT DUNIA

Dunia tempat dimana manusia hidup didalamnya adalah merupakan kehidupan yang bersifat sementara, dunia bukanlah segalanya. Dunia dengan segala keindahan dida-lamnya adalah sarana hidup manusia untuk menuju kehidupan akhirat yang abadi, kehidupan yang penuh dengan kenikmatan abadi sekaligus tempat kesengsaraan abadi tergantung dari amal perbuatan manusia yang dilakukan didalam menjalani kehidupan di dunia.

Dunia dengan aneka keindahan didalamnya,yang berupa gemerlapnya emas permata,kemewahan kendaraan dan rumah yang ditinggali,luas kebun yang ditanami adalah merupakan pelengkap bagi manusia dalam menjalani hidup didunia ini. Semua itu tidak lain merpakan sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada pencip-tanya,bukan suatu yang harus dimiliki dan dijadikan tujuan hidupnya. Namun demikian sebagai manusia yang diciptakan Allah dengan dibekali akal dan nafsu, seringkali lebih menonjolkan ataupun mengedepankan nafsunya daripada akalnya sehingga keindahan dan gemerlapnya dunia mampu memperdaya pandangannya, sebagai akibatnya dunia yang semestinya sebagai sarana hidup untuk menuju kehidupan abadi, dijadikanlah tujuan hidupnya.

Manusia yang lebih mengedepankan akalnya mereka tidak akan tertipu dengan kemolekan dunia dengan tipuan-tipuannya, mereka akan menyadari bahwa dunia dengan segala keindahan didalamnya tidak lain hanyalah sarana menuju kehidupan abadi, maka dengan kesadaran penuh mereka mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya demi untuk sebuah perjalanan panjang menuju kehidupan hakiki,kehidupan yang jauh lebih baik segalanya daripada kehidupan dunia.

Untuk menjaga agar manusia tidak menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya serta mampu menempatkan dunia dengan segala keindahannya pada tempat yang semestinya,diperlukan pengetahuan tentang hakekat dunia dan permisalannya menurut pencipta dan utusan-Nya. Hanya dengan cara itulah manusia mampu mengenal dan memahami secara benar hakekat dunia dan permisalannya sehingga bisa terhindar dari fitnah dunia yang seringkali membutakan mata dan hati manusia. Hakekat dan perumpamaan dunia menurut penciptanya yang tercantum dalam beberapa firman Allah di dalam Al Qur'an dintaranya adalah :

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,yaitu: wanita-wanita,anak-anak,harta yang banyak dari jenis emas,perak,kuda pilihan,binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga). (QS.3.Al-Imron : 14)

"Dan tiadalah kehidupan ini,selain dari main-main dan sendau gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa.Maka tidakkah kamu memahaminya ?"(QS.Al An'am :32)

"Dan ketahuilah,bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allah-lah pahala yang besar" (QS. 8.Al-Anfal :28)

"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti mengua-sainya,tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami diwaktu malam atau siang,lalu Kami jadikan (tanaman-tanaman-nya) laksana tanaman-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demi-kianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang berfikir." (QS.Yunus: 24)

"Sesunguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya,agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbua-tannya." (QS. Al-Kahfi :7)

"Dan buatkanlah untuk mereka (manusia)perumpamaan kehidupan dunia ini,ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin.Dan Allah maha kuasa atas segala sesuatu.Harta dan anak -anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan". (QS.18.Al-Kahfi :45-46)

"Dan apa saja yang diberikan kepada kamu,maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya ;sedang apa yang disisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya ?"(QS. Al Qashash : 60)"Dan kehidupan dunia itu hanya sendau gurau dan permainan.Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui " (QS.29. Al-Ankabut:64)

"Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan sendau gurau. Dan jika kamu beriman serta bertaq-wa,Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu." (QS. Muhammad :36 )

"Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara), dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang kekal ".(QS. Mu'min: 39)

"Ketahuilah,sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak,seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudi-an tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning menjadi hancur, dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhoaan-Nya.Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu"(QS.Al-Hadid: 20)

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan disisi Allah pahala yang besar " (QS.64.At-Taghabun :15)

Setelah memahami hakekat dunia dan perumpama-annya menurut penciptanya dengan berdasar Al Qur-an, dibawah ini beberapa hadist Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi Wasalam yang menerangkan perumpamaan dunia dan hakekatnya, serta yang berada didalamnya.

Dari Sahal bin Saad Ra. berkata Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi Wasalam.bersabda :" Sekiranya dunia ini bernilai disisi Allah senilai sayap nyamuk, tentulah Dia tidak akan memberi minum kepada orang-orang kafir meskipun hanya seteguk" ( HR. Ibnu Majah )

Dari Abu Hurairah Ra. Berkata Rosululloh Sholallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda "Ingatlah bahwa dunia itu terkutuk, terkutuk semua yang ada padanya kecuali dzikir kepada Aloh dan yang semisalnya, orang alim dan pelajar "
(HR. Tirmidzi)

"Tidaklah dunia itu diakhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian memasukkan jari-jarinya kelaut,maka lihatlah apa yang bisa diambil oleh jari-jarinya tersebut " (HR.Muslim)

"Bukankah engkau disuguhi makanan yang telah dibumbui dan digarami kemudian engkau minum air dan susu ?" Adh Dhahhak menjawab," Ya", Rosululloh bersabda," itu semua menjadi apa?" Adh Dhahhak menjawab,"Ia menjadi sesuatu yang telah engkau ketahui." Rosululloh bersabda, "Sesungguhnya Allah Azza wa jalla membuat perumpa-maan dunia itu seperti akhir kesudahan makanan anak Adam."(HR. Ahmad)

"Dunia itu hijau dan manis,maka barangsiapa yang bertakwa kepada Allah di dalamnya dan mengerjakan amal sholih.Kalau tidak begitu maka ia seperti orang yang makan namun tidak kenyang.Diantara manusia dalam hal ini adalah seperti jauhnya dua bintang,salah satunya terbit di timur dan bintang satunya terbenam sebelah barat.
( HR. At Tabrani )

Disebutkan dalam Jami' At-Tirmidzi hadist dari Al Mustaurid berkata, bahwa aku pernah bersama rombongan bersama Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam yang berdiri diatas bangkai anak kambing, Rosululloh bersabda :" Tidakkah kalian lihat bangkai anak kambing ini ? Ia dipandang tidak bernilai oleh pemiliknya,kemudian mereka membuangnya ? "para shahabat berkata," Karena mereka memandangnya tidak bernilai mereka membuangnya wahai Rosululloh", Rosululloh bersabda "Sesungguhnya dunia itu lebih rendah bagi Alloh dari pada bangkai anak kambing ini bagi pemiliknya."(HR.At-Tirmidzi)

Suatu hari Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasalam masuk kepasar dan melewati bangkai keledai yang telinganya kecil (cacat), lalu beliau mengambil dengan mengangkat telinganya,Seraya berkata " Siapakah diantara kalian yang mau membelinya dengan harga satu dirham ? Mereka menjawab " Kami tidak suka membelinya dengan sesuatupun untuk kami,lalu untuk apa bagi kami ? Beliau bersabda " Sukakah kalian jika ia menjadi hadiah bagi kalian? mereka menjawab: " Demi Alloh sekiranya ia masih hidup ia hanya binatang cacat karena telinganya terpotong, lalu bagaimana halnya padahal ia bangkai" Beliau bersabda" Demi Alloh sesungguhnya dunia itu lebih rendah nilainya disisi Alloh dibanding bangkai ini disisi kalian."(HR. Muslim)

" Apalah artinya dunia bagiku,dan apalah artinya permisalanku dengan dunia ini kecuali seperti seorang pengendara yang mengembara pada hari yang terik lalu berteduh dibawah pohon sesaat dari siang hari kemudian pergi meninggalkannya." (HR. Ahmad)

"Dunia ialah penjara orang Mu'min dan syurga orang kafir." (HR.Muslim,Ahmad,At Tirmidzi,Ibnu Majah)

" Perumpamaan dunia ini seperti pakaian yang robek dari awal hingga akhir. Ia tinggal menggantung pada benang di akhirnya,dan nyaris benang tersebut terputus." ( HR.Ibnu Abu Dunya)

Dengan mengetahui dan mengenal serta memahami hakekat dunia menurut penciptanya yang tercantum dalam Al-Qur'an dan Hadist Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wa-salam,insya Alloh manusia yang menginginkan kebaha-giaan hakiki tidak akan tertipu olehnya. Semoga Alloh memberikan hidayah pada hamba-Nya yang senan-tiasa mengharap Ridlo-Nya dengan dijauhkan dari tipu daya dan hiasan dunia. Wallohu ‘Alam bi Showab.