9/06/2009

BAHAYA HARTA DAN KEDUDUKAN

Dari Ka'ab bin Malik berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasalam : “Tidaklah dua ekor serigala yang lapar bagi kambing itu lebih berbahaya daripada kerakusan seseorang terhadap harta dan kedudukan terhadap agamanya".

Sesungguhnya manusia dalam menjalani kehidu-pannya di dunia ini tidak akan terlepas dari cobaan. Ada kalanya cobaan itu berbentuk kemiskinan, kesempitan, kesusahan dalam mencari rizki ataupun cobaan-cobaan lain yang bersifat lebih membutuhkan kesabaran dalam mengha dapinya.Namun ada juga cobaan yang bentuknya kekayaan, kedudukan, harta dan lainnya, yang dalam cobaan ini manusia terkadang tidak bisa bersabar atau tidak bisa mensikapi cobaan ini dengan baik.

Abdurrahman bin Auf radhiyallahu 'anhu berkata ;
" Bersama Rasulullah, kami telah dicoba dengan kesempitan dan kami bersabar, kemudian kami dicoba dengan kelapangan dan kami tidak bisa bersabar".

Telah kita ketahui bersama bahwa harta mempu-nyai daya hancur yang hebat bagi agama sese-orang, karena ketika seseorang tersebut mulai dijangkiti rasa cinta terhadap harta dan dunia, maka ia akan selalu menuruti syahwat dan nafsunya untuk selalu berfoya-foya. Dan apabila syahwat ini telah menguasai hatinya, ia pun akan malas dalam mencari harta yang halal dan dia akan memburu harta dengan jalan yang penuh syubhat dan tak segan-segan dengan jalan yang haram, sehingga ia terlena dari dzikir kepada Allah.

Cukuplah bagi kita sebuah pelajaran yang diambil dari kisah Qorun, seorang alim yang dikisahkan hafal kitab taurat, tetapi ia hancur dan diadzab di dunia bersama harta yang selalu ia kumpul-kumpulkan. Dia diadzab karena satu hal yaitu ia lalai dari mengingat Allah, dia lupa bahwa Allah yang memberinya rezki. Kisah Qorun terurai dalam Al Qur’an:

"Sesungguhnya Qorun adalah termasuk kaum Musa,maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat, (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya : "janganlah kamu terlalu bangga;sesungguhya Alloh tidak menyukai orang-orang yang terlalu membang-gakan diri, Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Alloh kepadamu (untuk kebahagiaan) akherat, tetapi janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Alloh berbuat baik kepadamu,dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.Qorun berkata : "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu,karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Alloh sungguh telah membinasa-kannya umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripada-nya,dan lebih banyak mengumpulkan harta ? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qorun kepada kaumnya dalam kemegahannya, Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qorun, Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai kebe-runtungan yang besar". Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu ,pahala Alloh adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholih dan tidak diperoleh pahala itu,kecuali oleh orang-orang yang sabar". Maka Kami benamkanlah Qorun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang meno-longnya terhadap azab Alloh.Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qorun itu, berkata :" Aduhai, benarlah Alloh melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba - hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Alloh tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membe-namkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Alloh)".(QS. Al-Qashsash:76-82)

Dalam sebuah hadist sahih diriwayatkan bahwa Rosululloh Shalallahu ‘alaihi Wasalam bersabda :

"Demi Alloh, bukanlah kefakiran atau kemiskinan yang aku kuatirkan atas kalian, akan tetapi justru aku kuatir (kalau-kalau)kemewahan dunia yang kalian dapatkan sebaga-imana telah diberikan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula." (HR. Bukhari)

Ayat dan hadist diatas cukup sebagai peringatan bagi kita bagaimana dahsyatnya cobaan harta bagi kehidupan manusia di dunia ini.

Adapun kecintaan kepada kedudukan, jabatan atau pangkat lebih berbahaya daripada cinta kepada harta. Karena seseorang akan dengan mudah mengeluarkan hartanya untuk sebuah kedudukan, pangkat atau jabatan, akan tetapi kebalikannya orang tidak akan mengorbankan pangkat dan kedudukannya demi harta.

Siapa saja yang dalam hatinya terdapat rasa cinta kepada pangkat atau jabatan, maka perhatiaannya terha-dap urusan orang lain akan menyusut, hatinya dipenuhi kesangsian terhadap mereka. Siapa saja yang hatinya telah tertancap keinginan terhadap suatu kedu-dukan, pangkat atau jabatan maka semua amalan dan perbu-atannya hanya ditujukan untuk mendapatkan simpati dalam rangka mengejar apa yang diinginkan. Semua adalah kemunafikan dan kesyirikan yang sangat berbahaya bagi agamanya.

Kecintaan terhadap harta dan kedudukan adalah termasuk hal-hal yang merusak keyakinan akan datangnya hari akhir, maka harus segera diobati dengan ilmu dan amal.Mengobati dengan ilmu adalah hendaknya dia mengetahui sebab-sebab kecintaannya terhadap dunia, sehingga dia bisa menghapus sebab-sebab itu dari dalam hatinya. Adapun mengobati dengan amal adalah dengan memandang rendah semua jabatan, pangkat dan kedudu-kan, dan dengan menger jakan amalan-amalan yang lebih bermanfaat baginya.

Dalam mensikapi harta dan kedudukan, jabatan atau pangkat dan apapun yang ada didunia ini sudah saatnya kita merenungkan perkataan Ibnu Mas'ud radhi-yallahu'anhu,"Barangsiapa yang menginginkan akhi-rat,ia akan korbankan dunianya. Dan barangsiapa meng-inginkan dunia ia akan mengorbankan akhiratnya. Wahai kaumku korban-kanlah dunia yang fana ini untuk meraih akhirat yang abadi..
Wallohu ‘Alam bi Showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar