9/06/2009

DUA MAKANAN MANUSIA

Manusia adalah satu-satunya makhluk Allah yang diciptakan dengan dibekali akal dan nafsu. Manusia diciptakan dari dua unsur yang berbeda yaitu dari unsur jasad dan unsur ruh. Jasad adalah penutup luar yang mempunyai rongga, sedangkan ruh adalah yang mengisi rongga itu, Karena manusia diciptakan dari dua unsur yang berbeda maka masing-masing membutuhkan makanan yang berbeda pula, sesuai dengan asal diciptakannya. Allah Subhana Wa Ta’ala memulai penciptaan Jasad manusia berasal dari tanah. Sedangkan ruh berasal dari tiupan yang luhur dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Seperti yang difirmankan oleh Allah dalam Al Qur'an :

"Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur" (QS.As-Sajdah :7-9)

"Apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan) Ku, tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." ( Qs. Al Hijr ; 29)

Begitulah Allah menciptakan manusia dari dua unsur yang berbeda yaitu terdiri dari unsur jasad yang diciptakan dari bahan yang bersifat materiil atau dapat dilihat dengan mata yakni unsur tanah, sedangkan unsur lainnya adalah ruh yang diciptakan dari bahan yang bersifat imateriil atau tidak terlihat mata yakni tiupan Allah sang pencipta.Ruh dalam kehidupan didunia ini seringkali diwakili oleh hati, yang mana hati bisa sehat, bisa sakit dan bahkan bisa mati.Hati yang sehat adalah hati yang bersih yang hidup, mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hati yang selalu mengikuti jalan kebenaran serta merindukan pertemuan dengan Tuhannya. Sedangkan Hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi sangat terpengaruh dengan lingkungannya apabila lingku-ngannya dalam kebe-naran maka ia ikut menjadi benar sedangkan apabila lingkungannya dalam kesesatan ia pun larut dalam kesesatan. Sedangkan hati yang mati adalah hati yang tidak lagi mampu membedakan mana yang salah dan mana yang batil, hati yang menolak kebenaran dan hanya mengikuti hawa nafsu saja.

Untuk menjaga kelangsungan hidup hati dan jasad agar tetap sehat maka diperlukan perawatan dengan memberikan makanan terhadap keduanya secara seimbang. Jasad dan hati memerlukan makanan yang berbeda sesuai dengan asal diciptakannya. Makanan bagi jasad adalah berupa minuman, buah-buahan, nasi dan lainnya yang bersifat materiil sesuai dengan asal dia diciptakan yang bersifat materiil, sedangkan makanan bagi hati bersifat imateriil sesuai asal diciptakannya yang tidak dapat dilihat, makanan bagi hati adalah perbuatan-perbuatan yang mendekatkan kepada penciptanya yang telah meniupkan ruh kepadanya, seperti halnya membaca Al-Qur'an, sholat, berdo'a pada Allah dan sebagainya. Makanan hati akan berbuah pada tenangnya hati dalam menjalani kehidupan.

Makanan yang kita makan sehari-hari dalam islam harus memenuhi dua unsur yaitu halal dan baik. Karena masing-masing unsur mempunyai fungsi yang berbeda. Unsur Halal merupakan unsur untuk kesehatan hatinya dan unsur baik untuk kesehatan jasadnya. Allah berfirman dalam Al Qur’an:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesung-guhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS.Al Baqarah :168)

Untuk lebih memahami makanan yang halal dan baik dapat digambarkan sebagai berikut :

Sapi yang disembelih tidak menyebut nama Allah dan diperuntukkan bagi penjaga gunung merapi atau penjaga laut selatan, meskipun daging tersebut sehat dan nampak baik tetapi merupakan makanan yang haram karena tidak disembelih dengan menyebut nama Allah. Sedangkan apabila sapi disembelih dengan menyebut nama Allah maka daging sapi tersebut halal dan baik. Keduanya sama-sama baik tetapi yang satu haram dan yang satu halal, keduanya sama baiknya untuk kesehatan jasad tetapi yang haram akan mematikan hati dan yang halal akan menyehatkan jasad dan hati. Contoh lain adalah ayam yang mati tanpa disembelih dan ayam yang disembelih dengan nama Alloh akan sama enaknya bila dimasak tetapi yang satu halal dan satunya haram, yang satu menyehatkan jasad saja sedangkan yang satunya menyehatkan jasad dan hati.

Melihat kenyataan dalam kehidupan di masyarakat, kebanyakan orang lebih mementingkan dan mengutamakan kebutuhan jasad daripada kebutuhan ruh. Padahal berdasar kebutuhannya makanan jasad dan ruh sudah semestinya seimbang karena keduanya tidak bisa dipisahkan, maka apabila makanan keduanya tidak seimbang yang akan terjadi adalah penyakit akan melekat pada salah satu unsure yang tidak diberi makan. Baik itu penyakit jasad atau penyakit ruh tergantung unsur mana yang tidak diberi makanan maka unsur itulah yang akan mengalami sakit yang bisa berakibat kematian.

Suatu gambaran dalam kehidupan seseorang yang tidak makan satu bulan lamanya, apa yang akan terjadi terhadap seseorang tersebut? Tentu orang tersebut akan mati yang diawali dengan lemah lunglainya jasad kemudian terbujur kaku setelah ruhnya diambil dari jasad tersebut. Dalam menjalani kehidupan di dunia ini seseorang sebelum mengalami kematian jasad yang diiringi dengan dicabutnya ruh, manusia bisa mengalami kematian ruhnya terlebih dahulu. Sesungguhnya kematian yang menimpa jasad akan lebih cepat dikenali dibanding kematian yang menimpa ruh, sedangkan maksud dari kematian ruh disini adalah kematian hati karena ruh setelah dicabut dari jasad manusia akan dibawa Malaikat. Dalam sebuah riwayat dari Amr bin Dinar, ia mengatakan, ”tidaklah seseorang mati melainkan rohnya ditangan malaikat. Ia memandangi jasadnya bagaimana dimandikan, dikafani, diusung lalu dimasukkan kedalam kuburnya.”

Pada hakekatnya demikian pula pada ruh (baca,hati) apabila ruh yang melekat pada seseorang kemudian dibiarkan saja tanpa diberi makanan maka yang terjadi adalah kematian pada ruh tersebut, namun matinya ruh tidaklah mudah difahami. Namun meskipun kematian ruh itu susah difahami tetapi mudah dikenali yaitu apabila seseorang yang dalam kehidupannya tidak mengenal akan penciptanya, mereka tidak tahu larangan dan perintah, tidak mengenal halal dan haram, kehidupannya hanya mengikuti hawa nafsu. Manusia yang demikian itu pada hakekatnya adalah telah mati ruhnya atau sering disebut mati hatinya.

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa orang yang disebut mati adalah orang yang terbujur kaku tanpa gerak dan denyut nadi, kematian inilah kematian jasad yang mengakhiri kehidupan dunia, kematian inilah yang sering orang meratapinya dan menangisinya, kematian ini pulalah yang ditakuti hampir seluruh manusia. Sesungguhnya kematian jasad tidaklah berbahaya bagi manusia lainnya karena matinya jasad berarti berakhirnya kehidupan didunia ini. Sedangkan kematian ruh atau matinya hati seseorang akan sangat berbahaya bagi manusia lainnya selama dia masih hidup di dunia ini karena apabila seseorang telah mati hatinya maka dia masih mampu mempengaruhi orang lain sehingga orang lain bisa ikut menjadi mati hatinya pula.

Apabila seseorang telah mati hatinya maka yang terjadi adalah kehidupan binatang yang berujud manusia, satu sama lain saling menerkam untuk mencari kehidupan dunia yang menipu, mereka lupa bahwa apa yang diperbuatnya didunia ini akan diminta pertanggung-jawaban, mereka bahkan lupa dengan penciptanya, apa yang melekat pada dirinya tiada lain kecuali untuk bermaksiat kepada Allah. Manusia yang demikian itu pada dasarnya telah menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya. Mereka tidak mempergunakan mata dan hatinya untuk memahami kebesaran Allah, mereka itulah yang dikatakan oleh Allah dalam Al-Qur'an seperti binatang ternak bahkan lebih sesat. Allah Ta’ala berfirman :

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak (dari binatang ternak itu).(QS.Al Furqon(25) :43-44)

" Mereka mempunyai hati,tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah),dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat) Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka itulah orang-orang yang lalai." ( QS. Al-'Araaf :179)

Demikian penjelasan Allah melalui firman-Nya bahwa manusia yang mempertuhankan hawa nafsunya dan tidak menggunakan hati, mata dan telinganya untuk memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah maka mereka sebenarnya derajatnya lebih rendah dari binatang peliharaan mereka sendiri.

Sesungguhnya manusia itu diciptakan untuk suatu urusan yang maha penting, tujuan yang luhur, yang untuk tujuan itu Allah mengutus para Rosul dan menurunkan kitab-kitab untuk menyeru kepada-Nya. Tujuan tersebut adalah beribadah kepada Allah ta'ala tanpa menyekutukan dengan sesuatupun. Maka agar tidak menyimpang dari jalan yang diridhoi hendaknya setiap muslim betul-betul memperhatikan dua makanan diatas. Wallohu’alam bi showab

Untuk menjaga kelangsungan hidup, hati dan jasad agar tetap sehat maka diperlukan perawatan dengan memberikan makanan terhadap keduanya secara seimbang. Jasad dan hati memerlukan makanan yang berbeda sesuai dengan asalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar