9/06/2009

MANUSIA ATAU BINATANGKAH ?

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
(QS.At Tiin :4-6)

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Subhana wa ta’ala menjadi sebaik-baik makhluk,selama manusia tersebut memahami tugasnya dan mengikuti aturan-aturan yang ditentukan oleh Allah Subhana wa ta’ala sebagai penciptanya, yaitu dengan cara beriman dan beramal sholeh, apabila manusia sudah menyeleweng dari apa yang digariskan Allah Subhana wa ta’ala kemudian mengikuti hawa nafsunya maka derajatnya akan turun menjadi serendah-rendah makhluk.Manusia sebagai ma-khluk yang diciptakan menjadi sebaik-baik makluk selain dikarunia nafsu juga dikaruniai akal. Dan akal inilah yang membedakan antara manusia dan binatang, maka apabila seorang manusia yang dalam hidupnya hanya mempertu-rutkan hawa nafsunya, mereka dikaruniai mata, hati, dan telinga tetapi tidak dipergunakan untuk memperhatikan ayat-ayat Allah, maka disadari atau tidak, diakui atau tidak, secara otomatis kehidupannya tidak ubahnya seperti kehidupan binatang. Allah Subhana wa ta’ala berfirman dalam Al Qur’an:

"Mereka mempunyai hati, tetapi tidak diperguna-kannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat) Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS.Al-'Araaf :179)

Ayat diatas sangat gamblang bagaimana Allah memberi perumpamaan bagi manusia yang lalai dari men- syukuri nikmat yang diberikan-Nya. Mereka menggunakan hati, mata dan telinganya tidak untuk memahami, melihat dan menyimak ayat-ayat Allah kemudian tidak pula memuji dan bersyukur kepada-Nya, maka manusia yang demikian itu kehidupannya tak ubahnya seperti binatang ternak bahkan lebih sesat dari binatang. Manusia yang telah dika- runia akal kemudian tidak memuji dan sujud kepada-Nya maka sangat pantas apabila dikatakan seperti binatang ternak bahkan lebih jelek. Karena sesungguhnya dalam penciptaan terhadap makhluk yang ada di bumi dan di langit dan diantara keduanya, setiap makhluk memuji dan ber- sujud kepada Allah dengan cara mereka masing-masing. Allah berfirman dalam Al Qur’an :

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”
(QS.Al Israa’( 17): 44)

“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang melata dan sebagian besar daripada manusia Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS.Al Haj ( 22):18)

Begitulah Allah telah menerangkan dalam firmannya bahwa semua makhluk adalah bertasbih dengan memuji kepada-Nya. Hanya saja karena keterbatasan manusia sebagai makhluk maka tidak mengetahui bagaimana cara masing – masing makhluk memuji Allah Subhana wa ta’ala sebagai penciptanya. Kemudian bagaimana dengan makhluk yang bernama manusia apabila dalam hidupnya tidak memuji penciptanya ? Sedangkan dia telah diberi kelebihan oleh Allah dibanding makhluk lain dengan diberi akal. Tidakkah ia akan menjadi makhluk yang lebih rendah daripada binatang ? Manusia seperti binatang ternak ? Bahkan lebih sesat ? Mengapa demikian ? Binatang ternak macam apa yang derajatnya lebih tinggi dari manusia ? Untuk melengkapi kisah binatang dan manusia,ada baiknya kita simak suatu kisah yang menceritakan bagaimana makhluk Allah yang bernama Kucing,Anjing dan Babi dalam bertasbih dan memuji Allah.

Dikisahkan ada makhluk Allah yang bernama kucing memuji Allah dan bersyukur atas apa yg telah ditetapkan Allah pada dirinya dengan berkata ;"Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya yang telah menciptakan aku menjadi kucing tidak menjadikan aku seekor anjing yang najis" ketika kucing bersyukur kepada Allah tentang dirinya yang merasa lebih baik daripada anjing, rupanya terdengar oleh anjing maka anjing pun ikut bersyukur pula dengan berucap;" Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya yang telah menjadikan aku seekor anjing tidak menjadikan aku seekor babi yang diharamkan oleh Allah" ternyata apa yang di ucapkan anjing tentang diri babi terdengar pula oleh babi maka babi pun berucap;" Maha suci Allah dan Segala puji bagi-Nya yang menjadikan aku seekor babi bukan menjadi manusia yang diberi kelebihan akal oleh Allah, tetapi tidak bertasbih dan bersujud kepada-Nya,tidak bersyukur atas karunia yang diberikan kepadanya." Wallahu'alam bi showab.

Allah telah menyatakan bahwa seburuk-buruk makhluk disisi-Nya adalah manusia yang kafir karena mereka tidak beriman,mereka mendengar seruan Allah Ta’ala dan Rosul-Nya tetapi mengingkarinya.

Sesungguhnya binatang (mahluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (QS.Al Anfaal( 8):22)

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (QS.Al Anfaal (8):55)

Ayat dan Kisah diatas bisa menjadi bahan renungan bagi manusia yang menggunakan akalnya karena memang demikian adanya bahwa semua makhluk memuji kepada Allah sebagai penciptanya dengan cara mereka masing-masing, maka apabila manusia yang telah dikarunia akal tidak menggunakan mata, telinga, hatinya untuk memper- hatikan ayat-ayat Allah, mereka hanya mengikuti hawa nafsu maka pada hakekatnya kehidupannya tidak lain seperti binatang ternak bahkan lebih rendah dari babi. Bagaimana tidak lebih rendah dari babi ? Sejelek-jelek babi apabila dikumpulkan antara betina dengan betina atau pejantan dengan pejantan tidak akan bermesraan, melam- piaskan nafsunya sesama jenis. Tetapi apa yang terjadi dewasa ini suatu negara mengesahkan undang-undang atau setidaknya membiarkan manusia sesama jenis saling memadu kasih dengan terang-terangan, bukankah ini berarti manusia lebih rendah dari babi ? Sesungguhnya apa yang mereka lakukan dengan menyenangi sesama jenis tidak lain hanyalah mengikuti apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka yaitu kaumnya Nabi Luth AS yang diazab oleh Allah Azza wa Jalla. Allah Ta’ala mengabadikan kaum Nabi Luth AS dalam Al Qur’an :

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu".Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan:"Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikut-nya) dari kota ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri". Kemu-dian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perlihatkanlah bagai-mana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.(QS.Al A’raaf ( 7) :80-84)

Semoga Allah menurunkan azab-Nya bagi negeri yang menghalalkan perbuatan kaum nabi Luth Alaihi Salam. Wallahu’Alam Bi showab.










“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.” (QS.Al Anfaal (8):55)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar