9/06/2009

BERSABAR DAN BERSYUKUR DENGAN UJIAN

Suatu musibah atau ujian bagi manusia adalah merupakan suatu kepastian selama ia hidup di dunia ini. Hanya saja dalam mensikapi ujian itu manusia sering berbeda-beda ada yang bersabar ada yang malah ber-syukur ada pula yang berkeluh kesah, juga ada yang menggerutu. Perbedaan sikap dalam menghadapi ujian ini biasanya disebabkan oleh latar belakang keimanan pene-rima ujian tersebut. Selain dari cara mensikapi yang berbeda, jenis ujian yang menimpa seseorang pun berbeda-beda pula ada ujian atau cobaan yang berupa kesedihan seperti : penyakit yang menimpa keluarganya, kematian, perselisihan keluarga dan lain sebagainya, ada pula yang berupa kesenangan dunia seperti : banyaknya rezki, anak yang cerdas, kesehatan dan lain sebagainya. Ujian yang menimpa manusia dengan segala bentuknya ini telah termuat dalam Al Qur'an :

" Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji dan mencoba kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai batu ujian, dan hanya kepada Kami kamu dikembalikan"(QS.Al-Anbiya (21) :35)

Ujian pada manusia yang berupa keburukan maupun kebaikan itu terkadang menimpa harta atau juga jiwanya. Ujian yang menimpa harta kita misalnya adalah jatuhnya usaha, gagal panen, kebakaran, penipuan dan masih banyak lagi lainnya, sedangkan ujian yang menimpa jiwa atau diri kita adalah seperti cemoohan atau ejekan, siksaan atau penganiayaan dan lainnya. Ujian yang menimpa pada harta dan diri manusia ini telah difirmankan oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al Qur’an:

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mende-ngar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.”(QS. Al-Imron (3):186)

Selain ayat-ayat diatas masih banyak lagi ayat yang menerangkan tentang ujian bagi manusia. Dari berbagai macam ujian yang ada bagi manusia, yang terpenting adalah bagaimanakah kita mensikapi ujian dalam kehi-dupan di dunia ini. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam sebuah hadist Qudsi :

" Sekiranya Aku uji salah seorang hamba-Ku yang beriman, lalu ia memuji-Ku atas ujian itu, berilah pahala bersambu-ngan baginya, sebagaimana pahala yang biasa yang kalian berikan (atas amal yang mereka lakukan). (Hadist Qudsi Riwayat Ahmad dan Thabrani)

Dalam hadist Qudsi diatas, Alloh Subhanahu Wa Ta’ala telah menunjukkan bagaimana caranya agar kita lulus menghadapi ujian yaitu apabila mendapat ujian dari Allah agar tetap bersyukur kepada-Nya, yang dimanifes-tasikan dalam berbagai bentuk seperti : tahan menderita, sabar, tabah, dan mencari jalan keluar, bertawakal dan berserah diri kepada Allah Ta’ala. Apabila seseorang tertimpa musibah dan harus berhenti beramal karena musibah itu, serta telah melakukan hal-hal tersebut diatas maka Allah Ta’ala akan memberikan ganjaran seperti halnya amalan yang dilakukan sebelum tertimpa musibah.

Selain Hadist Qudsi tersebut diatas masih banyak hadist-hadist dari Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasalam yang menerangkan bagaimana kita harus bersikap apabila menghadapi ujian, diantaranya adalah: Dari Ummul Mu'minin Ummu Salamah Radiyallah ‘anha. Bahwa beliau mendengar Rosullulloh Shollallohu ‘alaihi Wasalam bersabda :

"Tidaklah ada seorang hamba yang ditimpa musibah lalu berkata:"Sesungguhnya kami milik Alloh dan kepada-Nya lah kami dikembalikan. Ya Alloh berilah pahala dalam musibahku ini, dan berilah ganti bagiku yang lebih baik daripadanya" kecuali Alloh akan memberi pahala atas musibahnya dan akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari musibahnya tadi"

Agar seseorang tabah dalam menghadapi musibah hendaknya seorang hamba yang beriman apabila mendapat-kan musibah atau diuji oleh Alloh hendaknya membanding-kan dengan musibah yang dialami oleh orang lain yang lebih berat daripada dirinya dan bertanya pada diri sendiri :

“Tidakkah kau lihat, ahli dunia itu ditimpa musibah dan cobaan berlipat-lipat daripada musibah yang menim-pamu. Padahal mereka tidak mendapatkan pahala untuk itu dan tidak pula diberi rizki oleh Allah yang berupa kesabaran. Dikala tertimpa musibah, kebanyakan mereka berada dalam kesempitan, kesusahan, kegelisahan, kegun-dahan, dan bahkan menjadi gila karena musibah itu... Pernahkah kau dengar ada satu keluarga lengkap yang tenggelam karena gempa dan sebagian luka cacat seumur hidup dan yang lain meninggal dunia? Bandingkan musibah yang menimpamu dengan musibah yang menimpa mere-ka!”

Sesungguhnya puncak musibah yang menimpa orang beriman adalah dibunuh oleh musuh-musuhnya. Dan itu bukan musibah! Bukan! Itu adalah kemuliaan baginya, dan bahkan itulah kehidupan yang paling berharga, paling mahal. Sesudah itu tiada lagi merasakan derita atau pun luka. Ya... tebasan pedang, sebutir atau beberapa butir peluru yang menembus jasad.

“ Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki”. (QS. 3 Al Imron:169)

Abdullah bin Yazid Al Muqri meriwayatkan dari Abu Ma'mar dari Baqir bin Abdullah yang meneruskan kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasalam, "Barang siapa diberi kebaikan dan menampakkannya, maka ia dinamakan kekasih Alloh dan orang yang mengungkapkan nikmat-nikmat Alloh. Dan barangsiapa diberi kebaikan, serta tidak memperlihat-kannya maka ia dinamakan musuh Alloh dan penentang nikmat-nikmat Alloh".

Jelaslah bahwa siapa yang diberi oleh Alloh suatu ujian kebaikan kemudian menampakkan dengan cara diperuntukkan mendekatkan diri kepada Alloh maka dia menjadi kekasih Alloh, sungguh beruntunglah orang-orang yang demikian ini. Begitu juga sebaliknya barangsiapa diberi ujian kebaikan oleh Alloh tetapi tidak ditampakkan dengan cara tidak dipergunakan untuk menuju ketaatan pada Alloh maka orang tersebut adalah menjadi musuh Alloh.

Seseorang apabila menerima ujian keburukkan maka hendaknya ia bersabar dan mengembalikan semua musibah yang menimpa dirinya kepada Alloh sedangkan apabila ujian berujud kebaikan maka hendaknya bersyukur dengan menampakkan kebaikan yang diterimanya untuk berbakti dijalan Alloh. Maka apabila seorang hamba mene-gakkan suatu perkara sebagaimana mestinya, niscaya ujian akan berubah jadi anugerah, bala' menjadi karunia dan benci menjadi rasa cinta. Semoga Alloh menjadikan kita sebagai hamba yang bersabar dan bersyukur atas apa pun yang menimpa kita.
Wallohu 'alam bi showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar