9/05/2009

MENGENAL TUGAS MANUSIA

Ditengah kesibukan aktivitas sehari-hari dalam menjalani kehidupan didunia ini, banyak diantara manusia yang tidak menyadari untuk apa sebenarnya ia diciptakan, apakah ia diciptakan oleh Allah kemudian dibiarkan begitu saja dan hidup selamanya tanpa dikembalikan pada Allah sebagai penciptanya ? Atau manusia dibiarkan hidup didunia dengan batas waktu tertentu kemudian mati tanpa dimintai tanggung jawab atas apa yang dikaruniakan Allah kepadanya ? Sungguh tidak, tidaklah demikian, sungguh Alloh akan meminta pertanggung jawaban atas apa yang dilakukan manusia selama hidup di dunia, karena Alloh menciptakan dunia beserta isinya ini bukan secara main-main dan sia-sia, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur'an:

"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan pada Kami ?"(QS.Al Mu'minun : 115)

"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui "(QS.Ad-Dukhaan : 38-39)

Dari ayat diatas jelaslah bahwa manusia diciptakan bukan dengan main-main begitu pula dengan bumi dan langit serta yang ada diantara keduanya, masing-masing ada tugas dan tanggung jawabnya sendiri-sendiri termasuk manusia didalamnya. Apakah manusia mengira hidup ini akan begitu saja berakhir tanpa pertanggungjawaban ? Tidak, tidaklah demikian. Sungguh manusia akan dimintai pertanggung jawabannya dengan apa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya. Dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya selama menjalani kehidupan didunia yang menjadi saksi-saksinya diambilah apa yang terdapat pada diri manusia itu sendiri, Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur'an:

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggungan jawabnya."(QS. Al Isra' :36)

"Pada hari (ketika), lidah,tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Dihari itu, Alloh akan memberi balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Alloh-lah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakekat yang sebenarnya )"(QS.An Nuur : 24-25)

Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan manusia didunia ini dengan tujuan yang sangat mulia dan juga mempunyai tugas yang amat berat, tetapi kebanyakan manusia tidak menyadarinya, bahkan yang lebih parah mereka tidak mengetahui untuk apa ia diciptakan ke dunia ini. Tugas manusia yang utama dalam menjalani kehidupan didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah semata. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur'an :

"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-KU" (QS.Ad-Dzariyat :56)

Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk dengan tujuan yang mulia dan dengan tugas yang berat untuk diemban dalam hidup di dunia ini, tugas itu tidak lain adalah mengabdi hanya kepada Allah tanpa mempersekutukan-Nya. Atas tugas yang dibebankan itu kebanyakan manusia tidak menyadari. Mereka terlena dengan kesibukan-kesibukan yang semu, mereka tidak tahu apa yang dikerjakannya selama ini membawa manfaat bagi dirinya atau tidak dikemudian hari. Mereka bahkan tidak memahami dengan kesibukan yang dilakukannya, menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak tentu. Mereka sebenarnya telah mengerjakan suatu perbuatan-perbuatan diluar garis kebenaran, kesibukannya dihabiskan dalam memenuhi kebutuhan dunia semata, sementara mereka lupa bahwa apa yang dilakukannya akan diminta pertanggungjawaban. Kesibukan yang dilakukannya seharusnya lebih pantas untuk beribadah menuju ketaatan kepada Allah dengan sebenar-benar ketaatan atau setidaknya kesibukan yang dilakukan hendaknya diniatkan dalam rangka ibadah kepada Allah.

Sungguh dalam menjalani kehidupan di dunia ini apabila seseorang yang dalam kesibukan hidupnya tidak dipergunakan untuk memperjuangkan kebenaran pada hakekatnya mereka telah disibukkan dengan perbuatan yang keji, hingga melalaikan tugas yang diembannya.

Imam Syafi'i berkata : "Apabila dirimu tidak disibukkan dengan memperjuangkan dan membela kebenaran, maka dirimu akan disibukkkan dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang keji".

Merujuk perkataan imam Syafi'i diatas maka pada dasarnya manusia hidup di dunia ini adalah dalam dua kesibukan, kesibukan digaris kebenaran atau kesibukan yang sia-sia yang merupakan perbuatan keji. Kesibukan yang sia-sia itu beraneka macam jenisnya diantaranya, kumpul-kumpul dipinggir jalan tanpa tujuan yang jelas, kumpul di hotel-hotel atau di café-café sambil mendengarkan alunan musik yang merupakan panggilan setan, dan juga mereka yang menghabiskan waktunya untuk berlomba mencari harta kemudian digunakan untuk berfoya-foya, merupakan perbuatan keji pula adalah mereka yang menghabiskan waktunya dikantor dengan alasan sibuk mengerjakan tugas hingga lupa sholat, karena alasan kesibukan mereka seringkali meninggalkan sholat yang merupakan kewajiban asasi bagi setiap manusia yang mengaku Islam.

Bagi mereka yang terbiasa dengan duduk kumpul dipinggir jalan maupun yang di hotel-hotel apabila diseru untuk menjalankan kewajiban sholat ke masjid yang merupakan tugas utama maka mereka akan beralasan masih sibuk atau baru santai padahal kesibukan mereka tidak lain hanya membicarakan sesuatu yang semu, dan inilah sebenarnya yang disebut dengan telah disibukkan oleh sesuatu yang tak pasti atau perbuatan keji. Begitu pula mereka yang sibuk dengan pekerjaan atau usahanya ketika diseru untuk menunaikan kewajiban mereka berkata “ini baru sibuk, kesempatan emas atau baru melayani relasi”.

Selanjutnya kepada Allah sajalah kita berserah diri, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala meghindarkan diri kita dari perbuatan yang sia-sia dan senantiasa membimbing menuju jalan-Nya serta memasukkan kita didalam orang-orang yang memahami tugas sebagai manusia serta dimasukkan dalam golongan orang-orang yang memperjuangkan agama-Nya. Amin. Wallohu’alam Bi showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar