9/06/2009

NILAI UJIAN

Ujian bagi manusia adalah merupakan ketentuan Allah yang menghinggapi setiap manusia selama ia hidup di alam dunia ini, hidup ini tidak akan lepas dari ujian dan cobaan dengan segala bentuknya. Dengan ujian segala sesuatu akan nampak keasliannya, dan dengan diuji dan dicoba akan nampak mana yang palsu dan mana yang asli, mana emas murni mana loyang. Dalam kehidupan dewasa ini seringkali suatu tiruan lebih banyak dari pada yang asli, dan terkadang lebih diminati dari pada aslinya.

Demikian pula dengan manusia, dalam kehidupan sekarang ini banyak orang yang mengaku beriman kepada Allah tetapi seberapa banyak orang yang benar-benar beriman, mereka mengaku beriman bahkan sering kali sumpah dengan menyebut nama Allah, dan berjanji bahwa mereka akan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa akan tetapi tidak pernah menjalankan apa yang diperintahkan atau pun menjauhi yang dilarang bahkan tidak tahu mana perintah dan mana yang dilarang. Keimanan seseorang tidak akan nampak mana yang beriman sampai dihati dan mana yang hanya dilisan, mana yang munafik dan mana yang mu'min, mana yang pengecut dan mana yang pejuang, hanya dengan diuji semua akan nampak keas-liannya. Bagi manusia yang mengaku beriman, ujian dan cobaan merupakan bagian dari kehidupannya juga sesuatu yang pasti terjadi dalam keimanannya , Alloh Subhanahu Wa Ta’ala telah berfiman dalam Al-Qur'an :

"Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan :"Kami telah beriman" sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka dan Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui pula orang-orang yang dusta.(QS. Al-Ankabut :2-3)

Begitulah Allah menyatakan dalam Al-Qur'an, bahwa setiap orang yang mengaku beriman akan diuji agar nampak mana yang beriman dengan benar dan mana yang dusta, sedangkan ujian keimanan itu bisa berupa kesusahan maupun kesenangan. Bagi orang yang benar-benar beriman mereka tidak peduli ujian itu berupa kesusahan atau pun kesenangan, bila diuji dengan kesusahan dia bersabar dan bila diuji dengan kesenangan dia akan bersyukur.

Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dalam menguji setiap hamba-Nya, tidak pernah tawar menawar tetapi Dia memberi ujian kepada hamba-Nya, sudah diukur sesuai dengan kadar keimanannya dan disesuaikan dengan kemampuannya. Sungguh maha benar Alloh dengan segala firman-Nya yang tercantum dalam Al-Qur'an :

"Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" (QS. Al-Baqarah : 286)

Seperti yang tercantum pada ayat diatas berat atau ringannya ujian seseorang berbeda-beda sesuai dengan kadar kemampuannya, boleh jadi ujian yang sama tetapi satu menganggap ringan yang lain merasa berat, tetapi semua itu tidak akan melebihi kemampuannya. Sedangkan didunia ini ujian yang terberat adalah ujian yang menimpa para nabi dan Rosul.

Diriwayatkan dalam sebuah hadist, "Dari Mus'ab bin Sa'ad dari bapaknya Radiyallahu ‘Anhu. berkata : Aku bertanya, Ya Rosululloh siapakah orang yang paling berat ujiannya? Beliau berkata: Para Nabi, kemudian yang setelahnya dan setelahnya. Seseorang akan diuji sesuai dengan kekuatan agamanya. Jika ia kuat dalam beragama maka ujiannya akan lebih berat. Namun jika agamanya kurang kuat maka ujiannya setara dengan kekuatan agamanya. Dan ujian akan senantiasa bersama seorang hamba sampai ia berjalan diatas bumi dan tidak ada kesalahan padanya." (HR.Tirmidzi)

Demikianlah Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menguji hamba-Nya disesuaikan dengan kemampuan agamanya, dan apabila Alloh menghendaki kebaikan pada hamba-Nya maka Dia mengujinya, Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda :

"Jika Alloh menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, maka dia menurunkan ujian kepadanya satu demi satu." (HR.Tirmidzi)

Orang beriman dengan keimanan yang benar ketika menghadapi kesulitan atau pun cobaan mereka akan meneladani orang-orang sholeh terdahulu mereka akan tersenyum, bersabar, dan memperlihatkan kelonggaran sehingga orang-orang yang senang melihat musibah orang lain akan merasa suntuk dan jengkel serta bingung melihatnya. Bagi orang yang beriman apabila ujian menghampirinya, tidaklah menjadikannya lemah dan inilah salah satu ciri orang beriman apabila Allah mengujinya, Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur'an :
"Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka dijalan Alloh, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh" (QS. Al Imran :146)

Nilai ujian, besarnya pahala yang didapat dari ujian adalah tergantung besar kecilnya ujian atau berat ringannya ujian yang menimpanya serta cara seseorang menerima dan mensikapi atas ujian yang diterimanya. Semakin berat dan besar suatu ujian maka nilai yang didapat juga semakin tinggi, Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda :

"Sesungguhnya besarnya pahala bergantung pada besarnya ujian. Dan jika Alloh mencintai seseorang, maka Dia akan mengujinya. Barangsiapa yang puas dan rela akan mendapat kebahagiaan, dan siapa pun yang marah, baginya adalah murka Alloh"(HR. Tirmidzi)

Apabila dengan ujian yang menimpanya manusia rela dan menerima sebagai ketetapan Alloh atasnya maka ujian merupakan sarana untuk mendapatkan pahala dan yang akan berbuah kebahagiaan abadi. Begitu pula apabila manusia tidak rela atas ujian yang telah ditetapkan Allah kepadanya maka Alloh akan murka terhadapnya. Semoga Alloh memberikan keistiqomahan terhadap hamba-Nya yang senantiasa rela dan ridlo terhadap ujian yang telah ditetapkan atasnya. Wallohu ‘Alam bi Showab.













Orang beriman dengan keimanan yang benar ketika menghadapi kesulitan atau pun cobaan mereka akan meneladani orang-orang sholeh terdahulu mereka akan tersenyum, bersabar, dan memperlihatkan kelonggaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar